At Least I Still Have You 4

Author: Tsalza Shabrina
A/N: no copas! Happy read ^^

———

Sam Rin Hyo’s POV

Aku berjalan dengan sangat pelan ditrotoar yang menuju kearah Rumah Sakit Seoul. Hari ini hari Sabtu, hariku dan Kyuhyun. Sudah memasuki minggu ke-empat Cho Kyuhyun masih terbaring lemah dirumah sakit dengan perban yang hampir menutupi seluruh wajahnya. Dan selama ini, aku hanya bisa mengunjunginya pada hari sabtu dan saat tengah malam. Karena, selain jam itu Nyonya Cho ada disana dan aku yakin, pasti akan mengusirku lagi seperti saat pertama kalinya aku mengunjunginya.

Aku menghembuskan napasku berat saat tinggal satu langkah lagi aku memasuki gedung rumah sakit yang megah ini. Aku menoleh kebelakang, menatap para wartawan yang tengah duduk diemperan Rumah Sakit dengan kedua mata yang lelah dan mengantuk. Mereka memang terlalu memaksakan diri. Entah mengapa, keinginanku untuk mengunjungi Kyuhyun hari ini seperti meluap entah kemana. Tiba – tiba aku tidak ingin mengunjunginya. Apa aku pulang saja? tapi, aku juga ingin tahu bagaimana keadaan Kyuhyun saat ini.

Baiklah, akan lebih baik jika aku melihatnya terlebih dahulu. Setiap melangkah, aku semakin merasakan jantungku yang berdegup dengan keras dan cepat. Kadarnya akan bertambah saat aku semakin mendekati ruangan Cho Kyuhyun yang berada dilantai dua.

Kuakui, ini menyebalkan. Aku tidak suka merasakan feeling yang seperti ini.

“Tidak!!! Tidak mungkin!!!!!” Tubuhku berjengit saat mendengar teriakan seorang pria yang sangat kuhapal tanpa melihat siapa ia. Langkahku seketika berhenti, saat aku mendengar tangisan Nyonya Cho dan juga suara berat dokter yang sedang menenangkannya.

Dengan langkah berat, aku mendekati pintu yang tidak tertutup dengan rapat itu. Mengintip dari celah kecil itu lalu mimpi burukpun terasa menamparku. Disana, ada seluruh keluarga Cho. Tuan Cho, Nyonya Cho, Cho Ahra, bahkan suaminya juga ada disana. Dan Cho Kyuhyun sudah terlihat tidak memakai perban – perban menyesakkan itu. Namun, mimpi buruknya adalah Cho Kyuhyun sudah tidak dapat melihat lagi. Ia buta.

***

Aku memasuki apartemen kecilku dengan kedua mata yang sudah membendung air mata. Ini semua mimpi, kan? tapi mengapa rasanya begitu nyata? Aku menggigit kepalan tanganku saat air mataku sudah mengucur deras. Dan sialnya, mengapa kepalan tanganku sama sakitnya dengan hatiku. Tidak, ini tidak mungkin. Cho Kyuhyun, seorang Super Idol seperti dia tidak mungkin buta.

“Ani! Tidak mungkin.”

Jika ia cacat, bagaimana dengan karirnya? Dengan impiannya menjadi penyanyi kelas dunia? Bagaimana ia dapat menerima itu semua nanti? Walaupun aku bukan dirinya, tapi aku sangat mengerti bagaimana kerja kerasnya selama hampir 7 tahun bergelut didunia hiburan yang begitu kejam. Dan disaat ia sudah begitu bersinar, semuanya akan berakhir?

Aku duduk disofa ruang tamu dengan kedua mata yang kosong. Yang ada dipikiranku kini hanyalah Cho Kyuhyun. Selama ini, ia tidak tahu mengapa banyak perban yang meliliti kepala Kyuhyun, Termasuk dibagian mata. Dan sekarang ia tahu alasannya.

Kupejamkan kedua mataku, menyesapi segala keadaan ini juga mencoba merilekskan diri dari segala pikiran berkecamuk yang membuatku pusing. Namun tetap saja, semuanya terasa begitu memuakkan.

“Kau bilang padaku kau akan menjaganya dan melindunginya dari apapun yang membahayakannya. Tapi sekarang mana?! Omong kosong!”

Ucapan Nyonya Cho pada saat Kyuhyun diruang ICU mendengung ditelingaku. Ya, Nyonya Cho benar, sebanyak – banyaknya aku menangis, sekeras – kerasnya aku berteriak, aku tidak mengubah apapun. Aku merasa… benar- benar tidak berguna. Selama ini, Cho Kyuhyun selalu memberikan segalanya. Cinta, ketulusan, kesetiaan, dan juga… materi. Hal yang tidak dapat aku berikan padanya. Terkadang aku juga merasa tidak pantas bersanding disamping Kyuhyun.

Namun, tiap aku ingin berlari ia selalu mencuri start dan aku selalu kalah. Aku tidak pernah bisa berlari darinya. Dan kini, bahkan disaat Cho Kyuhyun berteriak seperti tadi. Aku malah melarikan diri dengan menangis. Aku benar – benar pengecut dan tidak berguna. Cho Kyuhyun… maafkan aku.

Drrrt Drrt

“Yeoboseyo?” ujarku dengan suara serak dan juga suara khas saat hidung tengah tersumbat.

Hyo-ah, tolong eomma, nak!

Aku mengernyit mendengar suara aneh ibu. Sepertinya ibu sedang menangis. Terasa aneh juga memang, ibu menelfon pada tengah malam seperti ini.

“Wae? Eomma?”

Mereka datang dan merusak semua dagangan ibu, nak! Jika aku tidak segera membayar maka mereka akan mengambil rumah di Pohang dan juga memasukkanku kepenjara.

Aku terdiam sejenak. Mencoba meresapi ucapan ibu yang membuatku terkejut untuk yang kedua kalinya. Oh Tuhan… apa lagi ini?

Rin Hyo-ah! Kau masih disana?

“Kapan batas waktunya berakhir?”

Satu bulan lagi. Taesan akan benar – benar menuntutku jika tidak dibayar.

“Untuk sekarang, eomma harus lebih giat bekerja. Aku juga akan mencari pekerjaan sambilan. Aku tutup dulu, aku ingin tidur! Annyeong!” Seketika kedua tanganku lunglai, menghembuskan napas berat hanya itu yang dapat kulakukan sejauh ini. Semuanya terasa begitu memuakkan.

***

Entah sudah keberapa kalinya aku menghembuskan napas beratku. Sudah terhitung lebih dari lima menit aku berdiri didepan pintu kamar rawat Cho Kyuhyun. Tanpa melakukan apapun, kecuali berkali – kali menghembuskan napas berat dan sesekali memeriksa wajahku. Mencoba tidak terlihat menyedihkan dan berusaha menyembunyikan kedua mata bengkakku itu.

Setelah kurasa siap, aku membuka kenop pintu itu lalu memasuki kamar rawat Kyuhyun. Hal pertama yang kulihat adalah Nyonya Cho ada disana dan terlihat tengah menyuapi Cho Kyuhyun. Aku hanya berdiri diambang pintu dengan tubuh yang kaku. Ya, memang hari ini aku tidak berkunjung pada tengah malam seperti biasa. Namun, pada siang hari. Dan aku juga yakin jika pasti Nyonya Cho ada disana.

“Kyuhyun-ah, kau harus makan! Eomma mohon, makanlah sedikit saja, eo?” Aku sedikit terenyuh saat melihat Nyonya Cho tengah membujuk Kyuhyun dengan kedua mata yang berair. Sedangkan Cho Kyuhyun duduk dengan memalingkan wajahnya, jemari pria itu tengah meremas kuat selimut yang menutupi setengah tubuhnya.

Nyonya Cho masih terus membujuk Kyuhyun untuk makan, bahkan ia tidak menyadari kehadiranku disana. Apa seminggu ini Cho Kyuhyun tidak mau makan? Membayangkan hal itu membuatku merasakan sakit. Tidak hanya dihatiku, namun seluruh tubuhku terasa lemah. Pasti ia sangat terpukul dan masih belum mau menerima kenyataan. Ya, jika aku diposisinya aku juga seperti itu.

“A—Annyeong Haseyo!” Sapaku dengan suara parau dan juga terbata. Jujur saja, aku sedang menahan air mata yang bisa kapan saja melesak keluar dari kedua mataku. Nyonya Cho berjengit terkejut kemudian menatapku dengan pandangan tajam namun tak lama kemudian tatapan itu menyendu seiring dengan kedua tangannya yang menaruh mangkuk bubur itu diatas meja kecil yang berada disamping kasur Cho Kyuhyun.

Ah, dan Cho Kyuhyun. Dia juga ikut menoleh, tapi tidak menatapku. Pandangannya cenderung tidak fokus aku juga bisa melihat kedua matanya yang mulai berkaca – kaca. Aku menggigit bibir bawahku kuat, melihat Kyuhyun yang seperti ini membuatku ingin menangis dan memeluk pria itu dengan erat.

“Maaf, aku baru sekarang mengunjungimu.” Aku sadar suaraku terdengar aneh sekarang. Karena, sekuat apapun aku berusaha untuk tegar. Tetap saja, pertahananku akan selalu runtuh saat menatap pria itu. Pria yang begitu ia rindukan dan ia cintai.

“Ah, Kyuhyun-ah! Eomma ingin ke supermarket. Kau ingin sesuatu?” Kyuhyun menggeleng sekali kemudian kembali memalingkan wajahnya kearah jendela.

“Sam Rin Hyo, tolong suapi Kyuhyun hingga ia memakan semua bubur itu.” Aku terperangah mengatap Nyonya Cho yang berbicara dengan nada yang berbeda dengan sebelumnya. Tidak tajam namun, begitu lembut.

“Eo? ne.” Aku mengangguk sekali kemudian berjalan menuju kursi yang tadi diduduki oleh Nyonya Cho seiring dengan wanita itu keluar dari kamar rawat ini. Menyisakanku dan Kyuhyun disini.

Dengan kedua tangan yang gemetar aku mengambil mangkuk itu. Menatap Kyuhyun yang masih memalingkan wajahnya dengan sendu. Tubuhnya yang semakin kurus, ditambah dengan selan infuse yang terlihat begitu menyiksa. Benar- benar bukan seperti Cho Kyuhyun-ku.

“Ya Cho Kyuhyun! Kenapa tubuhmu kurus sekali, huh?! Ck, kau tidak pantas dengan tubuh kurus seperti itu! Jadi, kau harus makan, ya?” Kugigit bibirku kuat, pasti nada bicaraku terdengar aneh tadi. Cho Kyuhyun masih tetap bergeming, bahkan ia tidak menggerakkan kepalanya sedikitpun. Kuhembuskan napasku berat, mengapa semua ini terjadi padanya? Tuhan… mengapa harus dia?

“Cho Kyuhyun! Kau marah padaku, eo?” tanyaku lagi seraya menjulurkan kepalaku untuk sekedar melihat ekspresinya. Namun segera kusesali saat menatap kedua matanya yang berkaca – kaca. Aku mengambil napas dalam – dalam mencoba untuk tidak menangis. Kugenggam tangan kanannya yang terinfus itu, menenggelamkan wajahku disana. Dan saat itu juga, air mataku sudah tidak bisa untuk kutahan lagi.

“Mengapa kau, Kyuhyun-ah? Mengapa?!” aku tetap saja menangis. Ini semua terasa memuakkan. Tuhan begitu kejam pada Kyuhyun. Apa salahnya? Mengapa Tuhan mengambil penglihatannya saat ia sudah hampir meraih mimpinya menjadi penyanyi dunia?

Tubuhku berjengit saat merasakan elusan tangan seseorang diatas kepalaku. Biasanya aku senang jika Cho Kyuhyun tengah menyentuhku. Namun, mengapa rasanya begitu sesak? Mengapa rasanya sesakit ini saat Kyuhyun menyentuhnya? Perlahan kuangkat kepalaku, kedua mataku menangkap bola matanya yang terlihat tidak fokus. Membuatku dengan cepat mengalihkan pandanganku. Aku selalu merasa hancur saat melihatnya seperti itu.

“Dimana kau seminggu ini? mengapa tidak mengunjungiku?” Darahku berdesir saat mendengar suaranya. Sudah terlalu lama aku tidak mendengar suara ini.

“Mianhe.” Ujarku dengan terisak. Banyak yang ingin kukatakan, namun hanya satu kata itu yang dapat kuucapkan padanya.

“Terima kasih, sudah datang.” Kupejamkan mataku erat saat ia mengatakan itu.

“Untuk apa berterima kasih? Kau pikir aku tidak akan pernah datang, huh?” tanyaku dengan nada yang sedikit kunaikkan. Entah, rasanya aku ingin marah jika ia terlihat lemah seperti ini. Kulihat bibirnya tertarik sedikit kebalakang, kemudian ia menghembuskan napas panjangnya.

“Tidak, aku hanya senang kau datang. Sejujurnya… aku takut kau tidak akan pernah datang kesini. Aku takut, dengan keadaanku yang—“

“Sekarang aku sedang marah! Kau pikir aku akan berbuat seperti itu padamu?!” Cho Kyuhyun hanya tersenyum kemudian menggedikkan bahunya.

“Agar aku tidak marah, kau harus mau makan, arasseo?!”

“Arasseo!” ujarnya seraya tersenyum jahil kemudian tangannya menggapai – gapai seperti ingin mencubit pipiku, seperti yang sering ia lakukan. Aku tersenyum kecil kemudian mendekatkan wajahku, memekik kecil ketika ia mencubit pipiku dengan keras. Setelahnya, ia menurut saja saat aku menyuapinya dengan bubur itu.

Tidak ada yang kami ucapkan ketika menyuapinya. Hatiku sangat lega setelah menatapnya tersenyum dan makan dengan lahap seperti ini. Apapun yang terjadi padanya, aku tidak akan pernah mempermasalahkannya. Alasannya sederhana, karena aku mencintainya.

***

Shin Ji Eun terlihat tengah memeriksa hasil penjualan bulan ini dari buku besar café. Sesekali ia mendecak kemudian menggelengkan kepalanya. Tak jarang ia terlihat mencoret – coret buku itu. Ia terlihat lebih serius dari biasanya.

“Woaahh, Shin Ji Eun sekarang terlihat seperti pemilik café ya?” godaku seraya berjalan kearahnya. Café memang belum buka, hanya menunggu 30 menit lagi untuk mempersiapkan café. Ya, walaupun café sebenarnya sudah siap.

“Diam kau! Aish, bos dulu ternyata tidak terlalu pintar melakukan promosi. Lihat saja! hasil penjualan café terus menurun setiap bulannya.” Gerutu gadis itu lagi, membuatku terkikik geli melihatnya.

“Eonnie, semuanya sudah rapi. Apa ada lagi yang harus kukerjakan?” Aku yang baru saja berniat menggoda Ji Eun lagi dengan terpaksa harus menoleh kebelakang. Menatap Seo Eun Gi yang bertanya padaku dengan wajah tegang. Dia selalu begitu saat aku bersama dengan Ji Eun. Katanya, Shin Ji Eun terlalu menakutkan.

“Eum…, ah! Periksa alat pembuat kopinya. Kemarin alat itu baru saja diperbaiki. Hyerin sudah datang?” Seo Eun Gi mengangguk sekali kemudian menunjuk kearah Hyerin berada.

“Dia baru saja datang.”

“Oh, kalau begitu kalian langsung bersiap didapur saja.”

“Baiklah, eonnie!” Karyawan bertambah lagi. Karena, aku dinaikkan pangkat oleh owner Shin menjadi manajer disini.

“Rin Hyo-ah, menurutmu bagaimana caranya agar café kita tidak mengalami penurunan lagi?” Aku berpikir sejenak, kemudian menatapnya saat ada suatu cara yang terlintas dibenakku.

“Merubah konsep. Aku pikir café ini mengalami penurunan karena konsep yang membuat bosan pelanggan. Lihat!” Aku menatap kesekeliling café yang benar – benar membosankan. Konsep café ini terlalu biasa, dan model café seperti ini sudah banyak ditemukan di Seoul.

“Semua ini terlihat begitu biasa. Jika diumpamakan seperti novel yang tidak ada konflik dan klimaksnya.” Shin Ji Eun memincingkan kedua matanya kemudian mengangguk membenarkan.

“Kau benar! Jadi kita harus merubah konsep dari awal, termasuk nama café ini.” Aku hanya mengangguk menanggapi ucapan Shin Ji Eun. Demi apapun, dia tidak terlihat seperti Shin Ji Eun. Disaat seperti ini ia menjelma menjadi owner Shin. Benar – benar owner Shin. Pantas saja, dua karyawan itu takut padanya.

“Kalau begitu, jika kau punya ide… katakan padaku, ya? Aku juga akan mencari referensi dari café – café lain.” Aku tersenyum lebar seraya mengacungkan satu jempolku tanda setuju.

“Ah, bagaimana kabar Cho Kyuhyun?” aku tersenyum tipis.

“Baik, dia bisa tertawa, tersenyum dan sudah lumayan menguasai Braille. Dia memang tipe orang yang cepat mempelajari sesuatu.” Ceritaku tanpa menghilangkan senyuman dari bibirku. “Ah, ia juga sudah keluar dari rumah sakit kemarin.” Aku menatap Shin Ji Eun yang menatapku aneh. Ada apa dengan gadis ini?

“Lalu, bagaimana dengan karirnya?” Darahku terasa berdesir saat Ji Eun melontarkan pertanyaan ringan itu. Karirnya? Bagaimana dengan karirnya?

“Aku tidak tahu.”

***

“Cho Kyuhyun! Bangun!” Aku menggoyang – goyang badan Kyuhyun yang masih tergolek lelah diatas ranjang. Ya, sejak kepulangan Kyuhyun dari rumah sakit. Nyonya Cho tiba – tiba menyuruhku untuk menjaga Kyuhyun diapartemen pribadi pria itu. Jadi, aku harus tinggal disana. Ia senang dapat tinggal disini, karena perasaanku selalu tidak lega jika Kyuhyun tidak ada dipandanganku.

“Eung.” erangan kesal Cho Kyuhyun membuatku ingin lebih mengerjainya. Perlahan aku naik keatas ranjangnya, kemudian menggelitiknya tanpa ampun. Ia menggeliat kesana kemari seraya kedua mata yang melebar seketika, dan jangan lupa tawa khasnya yang menggelegar disana.

“Hentikan! Baiklah, aku bangun!” Kuhentikan kegiatanku kemudian membantunya untuk merubah posisi menjadi duduk. Kudengar ia terkikik kecil saat aku melakukan itu untuknya.

“Wae?” tanyaku bingung.

“Jika seperti ini, kita seperti sepasang suami – istri,ya?” aku tertawa mendengar pertanyaannya itu.

“Bukankah, memang setelah ini kita menikah.” Ia hanya tertawa renyah kemudian menggapai – gapai tangannya. Aku hanya diam, membiarkan ia menemukanku dengan usahanya sendiri. Aku tersenyum haru saat ia sudah mengelus puncak kepalaku seraya tersenyum tipis.

“Aku sudah menyiapkan makan. Sekarang mandi, dan cepat keruang makan, suamiku.” Ucapku kemudian segera melarikan diri dari sana. Sebelum keluar dari kamarnya, aku sempat mendengar tawa kecilnya. Tuhan, semuanya terasa indah.

***

“Ini.” Aku menyodorkan segelas air minum padanya. Ia baru saja selesai makan sendiri, tanpa disuapi seperti biasa. Ia kelihatannya sudah biasa dengan keadaannya dan juga dapat menerima itu semua dengan lapang dada. Pria ini, memang begitu tabah. Aku juga tidak tahu apa yang membuatnya sekuat ini. Jika aku ada diposisinya, mungkin sudah tak terhitung berapa kali aku mencoba membunuh diriku sendiri.

“Cho Kyuhyun!” ia menaruh gelasnya diatas meja.

“Mm?”

“Kau memang pria yang sempurna.” Bisa kulihat segaris senyuman terpantri diwajahnya, membuatku ikut tersenyum juga saat menatapnya. “aku tidak pernah tahu ada pria yang sesabar dan setabah dirimu. Bagaimana bisa kau melewati ini semua, hm? Kalau aku jadi kau, aku tidak yakin bisa setabah itu dan setenang dirimu.” Kembali ia menarik sudut bibirnya. Tangan kanannya meraba – raba meja makan, seperti sedang mencari sesuatu. Hingga ia menemukan tangan bebasku disana, membawanya dalam genggaman hangatnya.

“Apa yang membuatku sekuat ini? adalah kau. Jujur, saat pertama kali aku sadar jika aku buta. Yang aku takutkan hanyalah bayangan jika kau akan mencampakkanku karena keadaanku yang tidak sempurna. Aku benar – benar takut itu terjadi, hingga kau datang mengunjungiku. Sungguh, hatiku terasa begitu lapang saat itu. Tidak ada lagi beban dan penyesalan.” Aku terdiam. Kedua mataku sudah membendung cairan bening yang akhir – akhir ini sudah dapat kutahan dengan baik. Darahku berdesir saat ibu jarinya mengelus punggung tanganku yang berada digenggamannya dengan lembut.

“Aku tidak butuh apapun. Aku hanya membutuhkanmu. Aku tidak apa – apa seperti ini, asalkan kau ada disini. Tetap berada digenggamanku seperti ini. Hanya dengan memilikimu saja, itu sudah menjadi suatu kebahagiaan besar untukku.” Aku menggigit bibir bawahku kuat, bahkan air mata yang mati – matian sudah kutahan. Perlahan keluar tanpa permisi. Baru kali ini aku merasa sangat dibutuhkan oleh seseorang. Dan aku bersyukur, karena seseorang itu adalah Cho Kyuhyun.

“Ingin kuceritakan sesuatu?” aku mengangguk, kemudian membalas pertanyaannya dengan gumaman kecil. Karena, sekali aku bersuara. Pasti ia tahu jika aku sedang menangis.

“Sebenarnya, alasan waktu itu aku tidak fokus pada saat menyetir adalah aku melihat seorang gadis yang sepertimu tengah berciuman dengan seorang pria dipinggir jalan.” Tubuhku menegang, bahkan rasanya jantungku sudah berhenti berdetak sejenak.

Apa saat itu ia melihatku dengan Lee Donghae? Aku berpikir sejenak, mencoba merangkai satu per satu puzzle yang saling berhubungan. Saat itu, infotainment mengatakan jika Kyuhyun kecelakaan di Hongdae. Dan saat itu, saat aku melepas ciuman Donghae karena ada suara tabrakan mobil. Mobil itu, aku baru sadar jika mobil itu memang mobil Cho Kyuhyun. Ya Tuhan, berarti ini semua karena aku. Aku penyebab Kyuhyun kecelakaan. Aku penyebab kebutaan Cho Kyuhyun.

“Gadis itu, bukan kau kan?” kini bukan hanya beberapa tetes air mata yang keluar. Melainkan air mataku terasa mengucur keluar tanpa tahu kapan akan berhenti. Aku hanya tertawa miris menjawab pertanyaannya. Tuhan… sebenarnya apa rencanamu untuk kehidupanku?

***

Aku membuka pintu apartemen Kyuhyun dengan pelan. Aku memang tidak pulang malam seperti biasa. Karena menjadi manager di café tidak membutuhkan waktu kerja yang lama dan juga, pekerjaan itu juga bisa kukerjakan dirumah. Aku bersyukur Shin Ji Eun menaikkan pangkatku diwaktu yang tepat seperti ini, karena jika aku terus – terusan pulang malam siapa yang akan menjaga Cho Kyuhyun disini?

Aku menaruh tas jinjingku diatas sofa, kemudian mengedarkan pandanganku kesekeliling. Biasanya, Cho Kyuhyun sudah duduk disofa ini kemudian memintaku membuatkan makanan saat aku pulang. Tapi, dimana dia?

Apeujin anhi?

Manhi geokjeongdwe

Haengbok hagetjiman noreul wihae gido halkkae

Giokghae daren saram mannado

Nega noye gyothae jamsi saraddanen gol

Aku menggigit bibirku saat mengintipnya Kyuhyun yang tengah duduk diatas ranjangnya, mendengarkan lagunya seraya ikut bernyanyi bersamanya. Suaranya begitu merdu seperti biasanya. Tuhan… apa yang kulakukan? Aku telah merebut mimpi seseorang.

Aku mengalihkan pandanganku setelah mendengar helaan napas beratnya. Pasti pria itu rindu berdiri diatas panggung dan mendapatkan banyak cinta dari para fans. Pasti ia ingin bernyanyi seperti dulu. Ku pejamkan kedua mataku, meresapi semua kejadian yang terjadi akhir – akhir ini. Tuhan, semoga Kyuhyun selalu sehat dan bersinar seperti ini. Aku berjanji! Nanti, jika sinar Kyuhyun hilang. Aku akan membuatnya kembali bersinar terang. Apapun yang terjadi nantinya.

Kedua mataku terbuka seketika saat mendengar ucapanku itu, air mataku pun telah melesak keluar. Setelah menghapus air mata yang sudah entah keberapa kalinya keluar, aku berjalan kearah sofa. Mengambil tas jinjingku, kemudian segera keluar dari apartemen ini. Semuanya harus kuakhiri dan kuselesaikan. Aku yang membuat keonaran ini, jadi aku yang harus memperbaikinya. Semuanya.

***

Aku berjalan tergopoh menuju ruangan CEO Kang Min Yeong, CEO agensi yang dinaungi oleh Cho Kyuhyun ini. Sm ent. Tadi aku sudah bertanya pada seorang sekertaris yang mejanya berada disamping pintu ruangan CEO ini. Namun, wanita itu tidak membantu sama sekali. Jadi, kuputuskan untuk memasukinya tanpa pemisi.

“Nona!” pekik wanita itu saat aku membuka pintu ini. Terlihat pria tua itu tengah duduk dimejanya. Jih, tamu apanya? Dasar, bilang saja jika CEO Kang tidak mau bertemu denganku.

“Maafkan aku, sajangnim. Aku sudah mencoba menahannya tapi—“

“Tidak apa – apa, kau kembali ketempatmu!” Wanita itu membungkuk dalam pada CEO Kang kemudian keluar dari sana.

“Annyeong Haseyo! Maaf aku bertindak tidak sopan seperti tadi. Apa anda ada waktu untuk berbicara?”

***

“Apa rencana anda untuk Cho Kyuhyun? Dia… masih bisa bernyanyi, kan?” Tanyaku pada CEO Kang dengan kedua mata yang sedikit membesar. Aku ingin Kyuhyun kembali bernyanyi lagi. Berdiri diatas panggung, dan selalu menjadi pusat perhatian. Seperti biasanya.

“Kau… calon istrinya?” Aku terdiam sejenak, kemudian mengangguk sekali. Karena tadi aku sudah memperkenalkan diriku. Kemudian helaan napas ringan CEO Kang terdengar, membuatku sedikit khawatir.

“Jadi begini, tahun ini memang dimana Cho Kyuhyun dielu – elukan masyarakat. Namun, dengan keadaan yang seperti ini. Jika ia masih memaksakan diri berdiri diatas panggung, itu akan menyakiti dirinya sendiri.” Tubuhku rasanya sangat nyeri, namun aku tidak tahu dimana letak nyeri itu. Rasanya kedua mataku memanas, tapi segera kugigit bibir bagian bawahku untuk mengalihkan rasa sakitnya.

“Jadi, maksudmu…”

“Sebuah ponsel, jika rusak sudah tidak punya nilai jual lagi, bukan? Terkecuali jika kita perbaiki terlebih dahulu.” Aku menatap CEO Kang dengan kedua mata yang sudah kuyakini memerah.

“Begitulah, keadaan Cho Kyuhyun saat ini.”

“Lalu… bagaimana cara memperbaikinya?”

***

Aku berjalan gontai ditrotoar, sebenarnya tadi CEO Kang menawarkan tumpangan untukku pulang kerumah. Karena melihatku keadaanku yang memprihatinkan, mungkin. Namun, aku menolak. Karena aku benar – benar ingin sendirian saat ini. Kata CEO Kang tadi, satu – satunya jalan agar Cho Kyuhyun bisa bernyanyi lagi adalah mencari pendonor kornea untuk Cho Kyuhyun. Dan sejauh ini, belum ada relawan yang mau mendonorkan kornea untuk Cho Kyuhyun.

Drrt Drrt

Kuhentikan langkahku saat merasakan ponsel yang berada ditas kecilku bergetar. Kuhela napasku sejenak kemudian mengambilnya. Jantungku berdegup dengan kencang saat aku melihat nama kontak ibuku lah yang tertera disana. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi. Aku mulai mengangkat telepon itu, menaruhnya ditelingaku tanpa mengatakan apapun.

“Rin Hyo-ah!! Bantu ibu, nak! Ibu mohon untuk sekali ini saja. AKHH!!” Tubuhku menegang saat mendengar suara serak ibu yang disertai isakan, apalagi ditambah dengan suara teriakan dan juga seperti ada suara barang – barang yang jatuh disana. Aku hanya diam, rasanya sudah tidak kuat lagi untuk bersuara. Hanya helaan napasku saja yang begitu memburu, tak beraturan.

“Mereka akan membawaku kekantor polisi! Ibu mohon sekali ini saja! ibu—“ Dahiku mengernyit saat ibu menutup telepon secara sepihak.

Kedua tanganku sontak terkulai lemah disisi tubuhku. Ingin menangis, tapi tak bisa. Ingin berteriak, suaraku terasa tercekat. Ingin memukul sesuatu, tapi apa yang bisa kupukul? Bagaimana ini? Aku harus bagaimana?

Hampir saja aku terjatuh karena kedua kakiku terasa begitu lemas. Namun, aku merasakan lengan kekar seorang pria sudah menyanggah tubuhku. Kepalaku perlahan menoleh kebelakang, Lee Dong Hae. Pria itu tengah menatap nanar padaku, tapi tidak dapat menyembunyikan kedua mata tajamnya. Posisi kami masih sama dan aku tidak berontak sama sekali. Karena, jujur saja. Aku sudah tidak kuat untuk itu.

Perlahan, Lee Donghae membawaku kepelukannya. Dan saat itu juga, aku tidak bisa menahan tangisanku. Rasanya begitu sesak. Apa ini yang harus kulakukan? Apakah aku harus melakukan ini untuk memperbaiki semuanya? Tuhan… tolong beri petunjukmu.

———

TBC~

71 thoughts on “At Least I Still Have You 4

  1. Ah bener dugaan ku. Kyu kecelakaan krn liat rin hyo dicium donghae. Duhh penasaran sama lanjutannya. Klo menurutku sih dia nikah sama dobge biar biaa bayar hutang. Terus kyu ? Krna dia gk cinta sama donghae, dia bisa bunuh diri atau byelakain diri yg buat dia masuk rumah sakit, harus rumah sakit kyu yg nanganin dia terua donorin mata. Kan sekali menyelam minum air wkwk . Yg pentingkan org yg dicintainya bisa normal kembali. Namanya juga cinta yaa butuh pengorbanan

  2. Ahhh…. Knp donghae ada disaat hyo butuh seseorang? Jd ga suk,, jgn blg nti hyo sm hae…
    Ga mauuuu…
    Harus sm kyu :””
    Apa rencana agensi kyu? Trs gmn ibu hyo? Siaalll…

  3. rumit banget hidup rinhyo. harus milih antara cintanya atau ibunya.
    gag tahu klu jadi dia gmn…
    kasihan kyuhyun klu rinhyo lebih milih ibunya, karna kyuhyun juga butuh rinhyo.
    apa ya yg bakalan dipilih rinhyo??

  4. huwaaaa….
    kyu oppa buta ….
    ottokhae ??
    tapi tenang oppa ,, im yours …. aku jja yang donorin gimana ??

    ternyata memang benar karena ciuman itu …
    ciuman.pembawa masalah ….

    fighting ne ^^

    next deh bacanya ….

  5. Sepertinya memang cuma donghae yg bis menyelamatkan keadaan.
    Tp gimana sama kyu?…kan kasihn dia udah buta gara2 kecelakaan itu.
    dan jangan bilang kl rin hyo bakalan nyumbangin korneanya….andwe.

  6. Ya ampun nggak nyangka kyuhyun buta, apa kecelakaan waktu itu jg rencana donghae ??? Aisshhh kasihan jg rin hyo , disisi lain dis harus menolong ibunya dgn menikah dgn lee donghae, tp disisi lain dia jg merasa bersalah sama kyuhyun, huhhh kasian, ijin baca nextnya thorrr^^

  7. mwo? andwe! rin hyo, jangan tinggalin kyu, please. endingnya mengarah ke rin hyo yg akan nrima donghae dan ninggalin kyu. argh aku kesel ;-(
    nyesek bacanya
    konflik fanfictnya keren, karna ada ’emosi’ saat baca ff ini. 🙂

  8. eiyyy laki polos kaya donghae jahat yeee hahah ga cocok sama muka tp bisa di cocok2in(?) kok hahahahah btw itu kyuhyun rinhyo sweet bgtttt walaupum begitu doang huhu lanjuuuutt

  9. Yaampun ka , sukses bgt feel nya bikin sy nangis krna tabrakan kyu mmbuat dia buta dan tebakanku bener klo kyu tabrakan krn liat ciuman rinhyo sm donghae .
    Jgn blg rin hyo donorin matanya buat kyu dan mnta tlg kpd donghae buat byr utang ibunya .
    Ah jinja kaka daebak !
    Ijin bc part 5 😀 hehe

  10. kira2 yg di pilih rin hyo itu nikah sama donghae dengan imbalan kyuhyun di cariin donor mata atau dia yg donorin mata buat kyuhyun?

  11. Baru kali ini ane liat ff yang berbeda
    Biasanya yang bersifat datar, angkuh dll itu kyuhyun
    Ini malah sang wanita
    Beda itu lebih krunchy 🙂 :v
    Keren lanjutkan perjuangan mu thor ^_^

  12. Apa yg bkal hyo lakuin? Ga mungkin dy bkal nikah ma donghae kan? Gila itu mah.
    aduh pusing. Jalan itu ga bkal ngrubah malah bkin runyem

  13. Kasian kyu oppa…bersyukur ada rinhyo yg nemenin+perhatiin,suka sma psangan ini,saling pengertian
    Hae oppa ya yg trus ngedesak eommanya hyo,jngan smpe hyo nikah sma hae…agghhh

  14. Andwaeee rin hyo >>>> tetaplah bertahan dengan mr cho ,, aissshh go next part lah udah penasaran tingkat akut 🙂 🙂 fighting ^^

  15. Kasian kyuhyun krn kecelakaan dia jadi buta seperti ;-(
    rin hyo yg sabar aja menghadapi semua nya 😦

  16. yaampun sedih banget:” nangis deres banget:” rinhyo yg tabah yaa, kyuhyun apalagi. aku gabisa bayangin kalo aku ada diposisinya kyu, mungkin aku bakal ngelakuin kayak yg dipikiran rin hyo tadi:”
    konflinya dateng terus deh kak, udah deh baca selanjutnya aja:”) hikss

Leave a reply to samshinfiction Cancel reply