Unexpected Bond 3

unexpected bond

Author: Bella Eka

.

.

“Aku tahu kau pasti sangat lelah.”

Kikwang tersenyum tanpa menolak ajakan Ji Yeon menuju cafetaria. Kedua matanya sedikit menyipit begitu menemukan Shin Ji Eun di area yang sama namun tak lama ia segera mengalihkan pandangan.

“Di sini saja,” ujar Ji Yeon seraya menempati salah satu kursi dan mengarahkan tangannya agar Kikwang duduk dihadapannya.

“Kikwang-ah, memangnya apa yang baru saja kau lakukan hingga berkeringat seperti itu?”

Jinjja?” Kikwang mengusap pelipisnya dengan ujung jari. “Ah, aku tidak merasakannya.”

Tiba-tiba Ji Yeon mengeluarkan sapu tangan dan menyeka keringat Kikwang lembut. “Kau ini, selalu saja membuatku khawatir.” Kikwang tersenyum tipis dibuatnya.

“Shin Ji Eun?”

Kepala Kikwang sontak tertoleh ke samping kiri. Dimana tempat Shin Ji Eun berada tadi. Disana berdiri seorang lelaki bersama sebuket bunga yang ia sembunyikan di balik badan. Senyuman yang semula tertuju pada Ji Yeon perlahan meluntur bersamaan semakin banyak siswa-siswi menghalangi pandangannya.

“Pertunjukkan drama dimulai lagi,” gumam Ji Yeon malas membuat Kikwang kembali menatapnya walau sesekali melirik kerumunan itu. “Kau tidak ingin melihatnya juga?”

Kikwang tak merespon. Malah mengalihkan pembicaraan.  “Aku ingin air mineral saja.”

“Bersediakah kau menerimaku menjadi kekasihmu?”

Gema ucapan di tengah kerumunan yang awalnya ia coba acuhkan menarik lebih kuat perhatiannya. Kikwang beranjak bergabung dengan kumpulan siswa-siswi yang berdiri melingkar demi memenuhi rasa penasarannya.

“Kikwang-ah,” rajuk Ji Yeon tak dipedulikan Kikwang.

Kikwang lebih memilih menelusup diantara celah gerombolan itu. Dengan begitu ia dapat melihat peristiwa yang tengah menjadi sorotan perhatian dengan jelas meski tidak tepat di depan. Tanpa kendali Kikwang menghela napas mendapati tatapan Ji Eun pada pria di hadapan gadis itu. Seakan tahu hal apa yang akan terjadi selanjutnya.

“Kau yakin?”

Pandangan Kikwang segera teralih pada pria yang mengangguk pelan menanggapi pertanyaan Ji Eun. “Bodoh!” umpat Kikwang.

“Sepertinya kau tipe pria posesif. Aku tidak suka pria seperti itu.”

Kikwang mengangguk samar. Entah untuk apa. Seolah mengerti bagaimana jalan pikiran Ji Eun.

“Bila seorang pria posesif terhadap gadisnya, bukankah itu menunjukkan bahwa pria itu sangat menyayangi kekasihnya? Tapi jika kau tidak suka, aku tidak akan seperti itu. Aku berjanji, aku tidak akan posesif padamu.”

Kali ini Kikwang menggeleng. “Tidak akan berhasil.”

Kikwang tersenyum miring dikala Ji Eun mendecih kecil. Tepat seperti dugaannya. Cara lemah seperti itu tidak akan berhasil meluluhkan gadis keras seperti Ji Eun.

“Terimalah aku.”

Sepasang mata Kikwang refleks melebar tak percaya mendengar ucapan pria yang jelas-jelas dipandang remeh oleh Ji Eun serta Woo Bin dan Kyuhyun. “Aku bisa gila melihat semua ini.” Kikwang terus bergumam tapi tak kunjung berpindah.

Kikwang menatap datar Ji Eun menunggu hal apa lagi yang akan dilakukan gadis itu. Ji Eun tampak memutar bola matanya dan sorot itu terhenti pada Kikwang. Begitu lama hingga Kikwang mengernyit heran. Karena tatapan itu sukar diartikan. Siswa-siswi disekitar Kikwang pun bergerak gusar.

“Kau bilang tadi tidak tertarik? Tapi kenapa lama sekali?” ujar Ji Yeon tiba-tiba datang seraya menarik dagu Kikwang membuat pandangan pria itu teralih. Kikwang hanya menjawab dengan senyuman sembari melangkah bersama Ji Yeon yang mengaitkan lengan padanya.

“Omo!” kejut seorang gadis berpapasan dengan Kikwang. Gerak kaki mereka berhenti karena hampir saja tubuh mereka berbenturan sebab Kikwang baru saja keluar dari kerumunan.

Mian,” ucap gadis itu dengan wajah dingin yang terpasang. Tak asing lagi, gadis itu adalah Sam Rin Hyo.

Nado,” balas Kikwang.

“Apa-apaan ini? Mengungkapkan perasaan bersama seikat bunga?”

Suara penuh emosi Ji Eun membuat Kikwang dan Rin Hyo berpaling menuju arah suara. Tentunya Lee Jong Suk yang berdiri menyaku tangan di samping Rin Hyo pun turut melakukan hal yang sama. Sedangkan Ji Yeon semakin erat menaut lengan Kikwang.

“Kampungan!”

Rin Hyo dan Jong Suk menghembus napas berat seraya menatap satu sama lain.

“Sekarang apa lagi?”

Jong Suk hanya menggedikkan kedua bahu menanggapi pertanyaan Rin Hyo. Lalu menggandeng tangan gadis itu menembus sesaknya kerumunan yang ada.

Sementara Kikwang masih terpaku. Sebenarnya ia ingin memastikan apa yang terjadi tetapi tak ada alasan baginya untuk kembali.

***

“Sebenarnya ada apa denganmu?”

Ji Eun melirik sekilas Jong Suk disampingnya. Ia menghela napas singkat merasakan semilir angin sembari berjalan mendekati balkon atap sekolah. “Molla,” ucapnya kemudian.

“Ada sesuatu yang mengganggumu?” Suara Jong Suk kembali terdengar semakin dekat di sisi Ji Eun.

“Entahlah.”

Jong Suk menaruh kedua tangannya diatas balkon, sama seperti yang Ji Eun lakukan sekarang. Menatap gadis itu lekat mengamati raut wajah dengan kerutan dahi yang tak juga menghilang. “Apa yang sedang kau pikirkan?”

“Tidak ada.”

“Lalu kenapa diam saja?”

“Terserah padaku.”

Balasan dingin Ji Eun mengulas senyuman manis Jong Suk. Pria itu mengait lengannya pada tengkuk leher gadis itu. Menariknya semakin mendekat hingga kepala mereka berbenturan.

“YA! Apa yang kau lakukan?! Aish!” kejut Ji Eun.

“Kau menyukainya, kan?” selidik Jong Suk.

Mwo?!”

“Siswa pria itu.”

Tanpa menjawab, Ji Eun hanya mengernyit sebagai jawaban.

Aigoo, tidak mungkin kau tidak mengerti maksudku.”

“Kau kira aku mampu membaca pikiran hanya dengan menatap matamu? Siapa yang sedang kau bicarakan?”

“Kau menyukai seseorang, kan?”

“Huh?”

“Di sekolah ini.”

Nde?”

“Aku yakin telah membaca nametag-nya tadi.” Jong Suk memejamkan mata sejenak mencoba mengingat sesuatu. “Lee… Kikwang?”

“Mwo?! Kau gila? Lepaskan aku!” bentak Ji Eun bersamaan ia melepas kaitan tangan Jong Suk padanya lantas berjalan cepat meninggalkan pria itu.

“Apa yang terjadi?” Woo Bin yang baru saja datang hanya bisa memandang heran Ji Eun yang berjalan melewatinya. “Kau disini juga?” sambungnya pada Jong Suk.

“Seperti yang kau lihat.”

Kedua mata Woo Bin sontak melebar saat Jong Suk mengambil sebuah cup berisi cappuccino di tangan kanannya. “Hei, itu bukan untukmu!”

“Bagaimana bisa kau hanya membawa dua cup sementara ada tiga orang disini,” ujar Jong Suk ringan setelah menyesap sedikit minuman itu.

“Aku tidak tahu jika ada kau. Dan juga, aku hanya memiliki dua tangan. Jadi tidak mungkin aku membawakan untukmu pula.”

“Sudahlah. Yang pasti sekarang Ji Eun sudah pergi dan itu berarti minuman ini milikku. Tapi kau tidak lupa bila Ji Eun tidak begitu menyukai minuman kopi, kan?”

“Tentu aku tahu,” jawab Woo Bin sambil melangkah ke samping Jong Suk. Mereka berdiri bersandar pada dinding balkon.

SCHOOL2013-1001

“Lalu mengapa kau memilihkan minuman ini?”

“Astaga, haruskah aku memiliki alasan untuk itu? Aku hanya ingin dia meminuman minuman yang sama denganku. Apakah itu cukup?”

Ledakkan tawa Jong Suk pecah. Hampir saja ia tersedak. “Kau pikir dengan cara melakukan itu dapat membuat Ji Eun kembali padamu? Aku yakin tak tik seperti itu tidak akan berhasil.”

“Kau kira aku serius mengatakannya? Aish jinjja!”

***

unex-hyunhyo

“Bagaimana kencanmu bersama Jong Suk?”

Tatapan jengah Rin Hyo terpanah pada Kyuhyun yang menatapnya datar dengan kedua tangan tersembunyi dalam saku. Gadis itu lebih memilih mempercepat gerak kakinya dibanding mendengar celotehan tidak penting yang semakin memekakan telinga.

“Kenapa kau tidak menjawab? Kau menyembunyikan sesuatu dariku sekarang? Atau karena takut rahasia kalian terbongkar?”

Langkah Rin Hyo sontak terhenti. Segera ia berbalik dengan kasar memandang Kyuhyun penuh emosi. “Terserah saja. Terserah apa yang kau pikirkan!”

Gurat wajah Kyuhyun semakin jelas menahan amarah. “Kau tidak mencoba mengelak? Jadi semua itu memang benar?”

“Kau berharap aku mengelak? Apakah telingamu terbuka untuk itu? Aku yakin kau pasti hanya akan melewatkan penjelasanku yang masuk melalui telinga kananmu dan keluar di sisi lainnya. Seperti biasa. Aku tidak mau lagi membuang tenagaku untuk sesuatu yang kutahu sia-sia!”

“Tidak! Aku selalu mendengarmu. Jadi sekarang katakan jika semua itu tidak benar.”

Rin Hyo menoleh ke samping saat Kyuhyun mendekat di hadapannya. “Aku bosan denganmu. Aku tidak tahu lagi bagaimana cara meyakinkanmu agar tidak berpikiran buruk padaku dan Jong Suk. Tidakkah kau sadar bahwa hubungan kita hanyalah batu pengganjal di tengah persahabatan kita? Aku ingin kembali damai seperti dulu dan kurasa, lebih baik hubungan kita sebatas sahabat saja.”

Rahang Kyuhyun mengeras. Bukan ini yang ia harapkan. Namun tubuhnya tetap tak bergeming meski Rin Hyo kembali berputar meninggalkannya. “Apakah aku terlalu kasar? Apakah aku terlalu berlebihan?” gumamnya seiring kedua tangannya terkepal kuat.

Perasaan Kyuhyun bercampur aduk. Bimbang akan apa yang harus ia lakukan hingga menggeram tertahan. Tangannya pun mengacak rambutnya kesal. Dengan segera ia berlari mengejar Rin Hyo sebelum gadis itu semakin jauh. Meraih bahu Rin Hyo dan berjalan beriringan disampingnya. “Kau seperti tidak mengenalku saja. Aku ‘kan hanya bercanda. Tidak perlu seserius itu, Hyo,” ucap Kyuhyun seakan menggoda sembari mencubit gemas pipi gadis yang terus menunduk itu.

“Apa ini?” Kyuhyun mengangkat telapak tangannya yang dirasa basah setelah menyentuh pipi Rin Hyo. “Kau… menangis?”

Disaat itu pula Rin Hyo menghentikan langkahnya. Memukul dada Kyuhyun sekuat yang ia bisa kemudian berlari kecil menuju kamar mandi wanita.

Sejenak Kyuhyun masih terpana. Dadanya berontak menyalahkan dirinya karena menyebabkan Sam Rin Hyo mengeluarkan air mata. Namun sebaliknya Kyuhyun mengulas senyuman lebar, “Ternyata dia benar-benar mencintaiku.”

***

1428325348829

“Satu menit lagi,” gerutu Ji Eun memastikan jam dinding di muka kelas seraya menyanggah kepala, bosan. Gadis itu menegakkan tubuhnya lalu bergerak memasukkan alat tulis ke dalam tas membuatnya mendapat perhatian seonsaengnim yang belum tuntas mengajar. Namun tak banyak yang dapat wanita paruh baya itu lakukan karena tak lama kemudian dering penanda waktu pulang terdengar.

“Kamsahamnida, seonsaengnim,” ujar seluruh siswa dalam kelas serentak. Ji Eun beranjak menjinjing tas selempang miliknya sebelum keluar kelas.

“Aku lapar.” Hadang Woo Bin menghalangi jalan Ji Eun.

“Makanlah,” balas Ji Eun asal.

“Baiklah.” Woo Bin mengamit lengan Ji Eun ikut bersamanya dan lekas saja gadis itu menariknya paksa. “YA!” pekik Ji Eun.

“Kenapa kau meneriakiku?”

“Aku ingin pulang. Kau bersama Kyuhyun saja atau siapalah.”

“Lihat disana,” tunjuk Woo Bin mengarah pada bangku kosong milik Kyuhyun. “Kyuhyun menghilang terlebih dulu.”

“Jong Suk?”

“Memangnya apa yang membuatmu terburu-buru?”

Tak ada alasan yang jelas menyebabkan bola mata Ji Eun bergerak ke kiri. Melihat itu Woo Bin tersenyum tipis. Ia sudah terlalu hapal terkait gerak-gerik gadis itu. “Tidak perlu mencari-cari alibi. Ikut saja denganku.”

Lagi, Woo Bin menggenggam lengan Ji Eun erat. Melalui koridor sekolah yang tampak ramai. Berlalu lalang siswa siswi di sepanjang jalan. Tatapan datar Ji Eun tertuju lurus ke depan. Namun begitu saja berpaling saat melewati ruang perpustakaan. Menelisik dalam secara teliti. Tidak ada, batinnya menarik urat kening membentuk kerutan.

Arah pandangnya kembali kearah depan. Disana ia menemukan gadis familiar walaupun tetap saja tak ia kenal. Gadis itu, yang selalu berada disamping pria bernama Lee Kikwang. Tapi dia sendirian, yang berarti Kikwang tidak sedang berada di sekolah saat ini. Benarkah? Ji Eun menggeleng sembari tersenyum samar. Apakah ia mulai bersikap sok tahu akan keberadaan Lee Kikwang? Ah bukan. Lebih tepatnya, apakah ia mulai penasaran akan sosok pria itu? Ini gila.

***

Langkah penuh semangat Kyuhyun semakin cepat setelah menemukan Rin Hyo keluar dari kelasnya. Dengan segera ia meraih tangan gadis itu. “Kajja,” ucapnya.

“Kemana?”

Kyuhyun tak menjawab, hanya tersenyum simpul. Ia berniat menghabiskan waktu berdua guna menyegarkan perasaan akibat pertengkaran mereka tadi siang. Namun Rin Hyo tak kunjung bergeming. Gadis itu malah menoleh ke belakang menatap Jong Suk. Cukup lama. Hingga Jong Suk menggeleng pelan, tersenyum tipis seraya berkata, “Pergilah.”

Lee Jong Suk berdiri menyaku kedua tangan dengan sepasang earphone terpasang di kedua daun telinganya. Tak ada yang bisa ia lakukan saat Rin Hyo memasuki mobil Kyuhyun dan segera melesat pergi. Hanya mampu menatap tanpa melakukan apapun seperti orang bodoh. Membiarkan gadis yang ia cintai berbahagia bersama sahabatnya sendiri. Tanpa menghiraukan denyutan perih dalam hati disetiap dirinya ditinggalkan seperti ini.

Sebenarnya terlalu egois bila Jong Suk mengatakan bahwa ia adalah pihak yang selalu ‘ditinggalkan’. Karena Rin Hyo selalu mengajaknya ikut serta bersama mereka. Namun Jong Suk pun selalu menolaknya, tentu saja. Ia tidak ingin menjadi pihak ketiga diantara hubungan khusus kedua sahabatnya itu.

Bodoh. Pikir Jong Suk, hanya dua suku kata itu yang paling tepat menggambarkan dirinya kini. Terjebak cinta yang tak seharusnya tumbuh dalam ikatan persahabatan. Ya, ikatan persahabatan. Lagi-lagi senyuman miring Jong Suk terulas mengingat batasan itu. Batasan yang ia miliki dalam hubungannya dengan Rin Hyo. Batasan yang mewajibkan dirinya mengubur perasaan terselubungnya dalam-dalam. Sangat dalam harusnya. Hingga ujung paling dasar agar tak muncul ke permukaan. Supaya persahabatan mereka tetap terjalin adanya.

Kyuhyun dan Rin Hyo diperbolehkan saling mencintai dengan leluasa. Woo Bin dan Ji Eun pun begitu, walau hubungan mereka telah kandas namun tak ada larangan bagi mereka bila saja kembali terjalin. Jong Suk menggeleng pelan seraya tersenyum tipis. Membuang jauh pemikiran ketidak-adilan yang ia rasa dalam ikatan persahabatan mereka.

***

“Menurutmu kemana kita harus menepikan mobil ini?”

Ji Eun menghembuskan napas kasar. Waktu banyak terbuang dalam perjalanan. Sering sekali Woo Bin mengajaknya keluar tanpa tujuan. Kentara sekali bila ia hanya ingin menghabiskan waktu bersama Ji Eun.

“Kau bisa menghentikannya disini,” ujar Ji Eun begitu mendapati sebuah depot makanan tertangkap jarak pandangnya.

“Baiklah kalau begitu.” Disetiap kata Woo Bin seolah mengalunkan nada di dalamnya. Sepertinya pria kekanakan itu tengah bahagia.

Ji Eun dan Woo Bin menyecahkan langkah keluar mobil di masing-masing sisi pintu. Bersama-sama memasuki rumah depot yang penuh pelanggan. Beruntung penghuni salah satu meja telah menyelesaikan kegiatan mereka dan meninggalkan meja kosong yang dapat Woo Bin dan Ji Eun tempati.

“Kau sudah pernah berkunjung kesini?” tanya Woo Bin sembari mendaratkan tubuhnya diatas kursi. Ji Eun menggeleng menanggapi. Ini merupakan kali pertama pula untuknya.

Ji Eun menyapu pandangannya mengitari suasana gaduh disekitar. Sebagian besar terlihat bercanda tawa bersama rekan semeja. Walau ada pula yang menyendiri meneguk soju seorang diri. Diam-diam senyuman miris Ji Eun terulas.

“Bagaimana masakan kedai kami? Enak bukan?”

Suara khas itu mengundang ketertarikan Ji Eun. Kepala Ji Eun tertoleh menuju sumber suara secepat kilat. Astaga, benar dia Lee Kikwang. Lee Kikwang yang mengenakan kemeja bermotif kotak dengan balutan apron hitam di tubuhnya tengah beramah tamah pada pengunjung disana. Kedua mata Ji Eun melebar tak percaya. “Apa yang dia lakukan disini?”

20110111_kikwang

“Bukankah dia pria yang di perpustakaan itu?” Woo Bin juga mulai menyadari keberadaan Kikwang. Tatapan Ji Eun tetap terpaku mengikuti arah kemana Kikwang bergerak. Semakin dekat posisi Kikwang dengannya semakin membulat pula kedua mata Ji Eun. Kini pria itu telah berdiri disamping meja mereka.

“Apa yang ingin kalian pesan?”

Demi apapun, wajah Kikwang sangatlah ramah. Tanpa sadar mulut Ji Eun sedikit terbuka. Gadis itu terlalu terperangah hingga tak mampu berkata apa-apa. Kikwang seakan berkepribadian ganda.

“Bukankah kau siswa sekolah kami?” Woo Bin tidak dapat menyembunyikan rasa penasarannya.

“Kau benar,” jawab Kikwang tanpa ragu.

“Tapi kenapa kau berada disini? Dan apron itu…” Woo Bin tertawa kecil lalu menyambung, “Kau bercanda?”

Raut wajah Kikwang berubah drastis serius. “Aku disini tidak untuk bermain-main. Jika kalian tidak segera memesan lebih baik kalian pergi dan berikan tempat ini untuk pelanggan kami yang mengantri disana,” papar Kikwang tegas seraya menggedikkan kepalanya menuju antrian pelanggan yang belum berhasil mendapat meja.

“Baiklah. Ayo pergi, Woo Bin-ah.” Ji Eun tampak tak suka akibat perlakuan Kikwang. Ia hendak bangkit dari duduknya namun ditahan oleh Woo Bin.

“Kita telah jauh-jauh sampai disini. Apa kau mau pergi begitu saja? Bila kulihat dari pelanggan yang datang, sepertinya kedai ini boleh juga.” Woo Bin beralih memandang Kikwang yang menatap mereka datar. “Buatkan saja makanan dan minuman yang terbaik disini. Bagaimana denganmu, Ji Eun-ah? Ada lagi yang ingin kau pesan?”

Tanpa membiarkan sosok Kikwang tampak di matanya, Ji Eun berucap malas, “Dua botol soju.”

“Maaf, tapi minuman beralkohol tidak diperbolehkan bagi pelajar di sini.”

Ji Eun mendecih kecil. Telunjuk kanannya menunjuk tempat dimana beberapa sekelompok pelajar berseragam yang juga mengenakan jaket duduk bersama dua botol soju diatas meja. “Lalu apa itu? Bisa kau jelaskan padaku?”

“Kurasa kau sudah terlalu banyak minum minuman seperti itu. Tidakkah kau memedulikan kesehatanmu?”

Tak henti-hentinya Kikwang membuat Ji Eun terpana begitupun Woo Bin terlihat sedikit berjengit. “Mengapa ucapanmu terdengar seolah kau mengkhawatirkanku? Woo Bin-ah, apa aku tidak salah dengar?”

“Batalkan semua pesanan. Ayo pergi,” titah Woo Bin disusul Ji Eun bangun berdiri. Ketika itu Ji Eun memeriksa wajah Kikwang yang sedari tadi ia hindari. Tepat seperti yang ia duga, begitu dingin tanpa ekspresi. Entah kenapa mengetahui itu Ji Eun merasa benci.

***

“Sampai jumpa,” ucap Ji Eun setelah mobil Woo Bin terhenti tepat di depan gerbang rumahnya. Gadis itu menarik tombol kunci guna membuka pintu mobil. Namun tak genap sedetik Woo Bin kembali menguncinya melalui center key yang terletak di pintu sampingnya. Berulang kali hal itu terjadi hingga membuat Ji Eun menatap Woo Bin kesal. “Jangan bertingkah kekanakan!”

“Bagaimana bisa kau mengenalnya?”

Ji Eun memutar bola matanya malas. Membahas Kikwang semakin membuatnya sebal. “Kau mencegahku hanya untuk menanyakan hal ini?”

“Bagaimana bisa dia tahu kau sering minum minuman beralkohol?” cecar Woo Bin karena sepanjang jalan tadi tak ada interaksi yang terjadi diantara mereka. Hanya terdiam tanpa kata. Keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Dan inilah waktunya ia memenuhi keingintahuannya.

“Hanya bertemu tanpa sengaja.”

“Tanpa sengaja? Jadi kalian pernah minum bersama?”

“Hanya bertemu. Tidak bersama.”

Kedua alis Woo Bin tertaut. Sikap Ji Eun semakin terasa aneh. Woo Bin tahu persis bagaimana watak Ji Eun. Biasanya ia menanggapi sesuatu dengan tenang mengingat gadis itu selalu menganggap mudah segala hal. Namun mengapa kali ini ia begitu sensitif?  Jawaban singkat Ji Eun menimbulkan pertanyaan Woo Bin lebih banyak lagi. Tapi sikap gadis itu jelas acuh tak acuh. Menandakan bahwa ia ingin segera menyudahi pembicaraan ini.

“Sudah cukup? Sekarang biarkan aku pulang.”

Dengan berat hati Woo Bin meloloskan Ji Eun keluar. Menahan perasaan janggalnya entah sampai kapan.

Ji Eun melambaikan tangan sejenak sebelum memasuki gerbang. Terbebas dari pengintimidasian Woo Bin membuatnya bernapas lega dengan sendirinya. Tak lama ia mengernyitkan kening dikala menemukan sebuah mobil terparkir di halaman. Ji Eun mempercepat langkahnya menelusuri luasnya taman, menaiki anak tangga dan berakhir di ruang tamu.

“Nona sudah datang,” sambut bibi Kim.

Sontak sepasang suami istri yang tengah duduk di sofa mengalihkan pandangan mereka pada Ji Eun bersama ulasan senyuman manis. Berbeda dengan Ji Eun yang menunjukkan keterkejutan. “Kami juga baru saja datang,” ujar pria paruh baya yang tak lain adalah ayah Ji Eun.

“Annyeong haseyo.” Ji Eun menunduk sapa dengan sopan. Kemudian mengambil tempat di hadapan kedua orang tuanya.

“Bagaimana sekolahmu akhir-akhir ini?” tanya Nyonya Shin.

“Begitulah. Tidak ada yang spesial.”

“Perkembangan peringkatmu?”

“Hasil ujian belum diumumkan. Tapi tenang saja, tidak akan mengecewakan.”

Nyonya Shin tersenyum tipis lalu berkata, “Pasti karena mengandalkan Cho Kyuhyun, bukan? Berhentilah bergantung pada orang lain, Ji Eun-ah.”

Hanya menghela napas singkat yang dapat Ji Eun lakukan. Ia selalu menanti kedatangan orang tuanya namun juga selalu percakapan membosankan yang mendominasi disetiap kebersamaan mereka.

“Belajarlah dengan giat. Karena tahun ini adalah puncak keberhasilan sekolahmu. Sebentar lagi kau akan melanjutkan kuliah juga jangan lupakan, persiapkan dirimu untuk menggantikan appa memimpin perusahaan. Ingat itu!” tegas Tuan Shin.

Bahasan pembicaraan selalu sama. Tidak akan jauh dari perihal sekolah atau perusahaan. Tanpa sadar Ji Eun memutar bola matanya jengah. Ia ingin suasana hangat yang seharusnya tercipta dalam keluarga. Ia ingin saling berpelukan melepas rindu kemudian makan siang bersama disertai canda tawa saling bertukar cerita  semenjak delapan bulan lamanya Tuan dan Nyonya Shin berada di Amerika. Namun hal sesederhana itu saja terasa mustahil.

“Ubah sikapmu, Shin Ji Eun! Atau appa akan mengirimkanmu pada kursus kepribadian!”

Segera Ji Eun menunduk takluk. Berbanding terbalik dengan hatinya yang ingin segera melarikan diri. Namun apa daya, Tuan Shin tidak pernah main-main dengan ucapannya. Tak akan mau Ji Eun memenjarakan dirinya dalam pembelajaran penuh aturan seperti itu.

“Berdandanlah yang cantik. Bersiaplah untuk makan malam nanti.” Nada suara Nyonya Shin begitu lembut menenangkan.

Ji Eun mengangkat kepala menatap ibunya. “Kita akan makan malam diluar? Bersama? Tidak biasanya.”

***

Cho Kyuhyun duduk bersendekap dengan pandangan tak teralih sedikitpun pada Sam Rin Hyo yang tengah memainkan sendok teh dalam segelas Mochaccino dihadapannya. Gadis itu tengah bosan karena Kyuhyun terus terdiam dan hanya memandanginya semenjak kedatangan mereka di café ini. “Apa yang akan kita lakukan disini?” tanya Rin Hyo mengawali pembicaraan.

“Pandangi saja aku seperti yang kulakukan padamu. Tidakkah kau merindukanku?” Kyuhyun bergerak menyanggah dagu. Semakin dekat di depan wajah Rin Hyo.

“Jadi kau merindukanku?”

“Kau tidak?”

“Kita bertemu setiap hari, Kyu.”

Kyuhyun menghela napas dalam. “Memang. Tapi tidak banyak waktu kita bersama. Bukankah kau lebih sering bersama Jong Suk dibandingkan aku? Aku penasaran siapa yang kau anggap sebagai kekasih sebenarnya untukmu.”

Peraduan mulut klasik dimulai lagi. Keberadaan Jong Suk yang kerap di sisi Rin Hyo selalu saja membuat kecemburuan Kyuhyun tak juga berakhir. Rin Hyo mendecak kesal. Mendengar keluhan Kyuhyun mengenai topik yang sama membuat telinganya jengah. Ia sungguh lelah dengan sikap kekanakan Kyuhyun jika pria itu mulai seperti ini. “Kau ingin mengulang kejadian tadi siang?”

“Aku hanya penasaran.”

“Hentikan. Jangan pernah membahas hal itu lagi.”

“Jika diharuskan memilih, kau pilih aku atau Jong Suk?”

Tiupan udara kasar terhembus dari bibir Rin Hyo. Mencoba mengumpulkan segenap kesabarannya. Ia tahu Cho Kyuhyun sedang bercanda. Tapi kali ini, ia benar-benar muak. “Tidak ada,” jawabnya kemudian.

“Kenapa? Kau hanya perlu memilih.”

“Karena kalian semua adalah sahabatku.”

“Cho Kyuhyun atau Lee Jong Suk.”

“Kyu,” desis Rin Hyo. Perutnya mendadak mual melihat wajah jahil Kyuhyun. Sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk menjadikan permasalahan itu sebagai bahan lelucon. Rin Hyo ingin mengakhirinya, tapi Kyuhyun semakin menggodanya. Oh ayolah, apakah pria itu tidak tahu jika raut wajahnya sangatlah mengesalkan?

“Siapa yang lebih banyak menempati ruang dalam hatimu?”

“Cho Kyuhyun!” bentak Rin Hyo tak tahan.

Mengundang tawa puas Kyuhyun yang mendengarnya. “Kenapa sulit sekali sekadar mengucap namaku?”

***

Shin Ji Eun melangkah keluar dari mobil pribadinya yang dihentikan oleh Kim ahjussi di beranda sebuah restoran bintang lima. Gaun sepanjang lutut berwarna merah dengan rambutnya yang kecokelatan tergerai bebas membuat gadis itu tampak elegan mempesona.

Ji Eun membuka tas jinjingnya, menekan tombol tunggal pada ponselnya guna memastikan pukul berapa sekarang. Waktu menunjuk pukul delapan malam padahal harusnya ia tiba setengah jam sebelumnya. Ya, Tuan dan Nyonya Shin memintanya untuk datang paling lambat pukul setengah delapan. Namun apa boleh buat, bukan Shin Ji Eun namanya jika ia tidak terlambat.

Deru mobil lain terdengar dan berhenti dari arah belakang Ji Eun saat gadis itu baru menapaki anak tangga pertama menuju pintu utama restoran. Derap langkah berjalan cepat semakin mendekati Ji Eun namun gadis itu tak peduli. Tetap melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan sekitar.

Tubuh Ji Eun sedikit terhuyung  ke samping saat bahu kanannya terdorong seorang pria yang sibuk mengenakan jas hitam dengan tergesa. Membuat Ji Eun menatap datar pria yang berjalan mendahuluinya itu. Gerak kaki Ji Eun terhenti seketika menyadari siapakah pria itu. Lee Kikwang, bagaimana bisa dia juga berada disini?

“Mian,” sesal Kikwang sembari berbalik memandang Ji Eun sekilas. Mulanya hanya sebentar, tapi tidak lagi sekarang. Keduanya membatu tak bergeming dengan sepasang mata melebar. Ji Eun memaku tatapannya keatas dimana Kikwang berada di anak tangga paling atas. Begitupun tatapan Kikwang terpaku ke arah bawah.

Ji Eun tersadar lebih dulu lalu berdehem keras. Menyambung langkahnya yang terhenti. Melewati Kikwang seakan tidak ada apapun yang terjadi.

Kerutan di kening Ji Eun terukir. Karena Kikwang terus mengekorinya hingga mereka berdiri berdampingan di depan lift yang masih tertutup rapat. Pertanda lift terbuka berdenting nyaring. Ji Eun bergerak masuk begitupun Kikwang. Telunjuk mereka mengarah pada tombol berangka dua secara bersamaan. Sedetik kedua orang itu tertegun kembali. Segeralah Ji Eun menarik tangannya membiarkan Kikwang yang melakukannya.

Bola mata Ji Eun melirik Kikwang sesekali. Sangat penasaran akan alasan mengapa pria itu kemari. Menuju lantai yang sama dan pada waktu yang sama pula. Mengingat kedatangan kedua orang tuanya yang mendadak, mengingat acara makan malam yang jarang sekali diadakan oleh Tuan dan Nyonya Shin, mengingat ucapan eomma yang mengatakan agar ia berdandan cantik. Apakah semua itu berkaitan dengan Lee Kikwang? Mungkinkah malam ini adalah pertemuan perjodohan?

Ulasan senyuman miring menghiasi wajah Ji Eun. Pemikiran liarnya kali ini mustahil terjadi. Pasti Kikwang memiliki janji lain di tempat ini. Karena bila memang benar dirinya akan dijodohkan, tentu pria itu bukanlah Lee Kikwang. Hubungan perjodohan otomatis berkaitan dengan ikatan perusahaan. Siapapun pria yang akan dijodohkan dengannya, pastilah seseorang yang juga mewarisi perusahaan seperti Ji Eun. Dan bagaimana dengan Kikwang? Dia hanyalah pria biasa yang bekerja paruh waktu di sebuah kedai. Ji Eun mengangguk samar. Ia telah mencapai kesimpulan bahwa hasil pemikiran kerasnya hanyalah ketidak-sengajaan belaka.

Lift berdenting sekali lagi. Bersamaan daun pintunya terbuka. Ji Eun sengaja membiarkan Kikwang berjalan mendahuluinya. Lantas menuju ruang VIP yang telah diberitahukan Tuan Shin.

Betapa terkejutnya Ji Eun. Kelopak matanya terbuka sempurna. Entah untuk apa jantungnya berdetak cepat mendapati Kikwang berhenti dan memasuki pintu ruangan yang menjadi tujuannya. Apa maksud semua ini? Mungkinkah prasangkanya awal tadi memang benar? Tapi, bagaimana mungkin?

.

.

-To be Continued-

23 thoughts on “Unexpected Bond 3

  1. hoksi….. jieun mo d jodhin m kikwang …. asiiiikkkk

    sbnernya yg dsukain hyo tu kyu pa jong suk siiiihhhhhhhh
    aku bner penasaran deh??????

  2. Omo ada yg nembak ji eun lg kyknya si kikwang mulai cemburu deh. Apa yg mau dijodohkan sm ji eun itu kikwang yaa ??
    Rin hyo sebenarnya suka sm siapa ? Kyu atau jong suk. Aku sih berharapnya sm kyu yaa heheh. Tp sepertinya rin hyo sm ragu deh.

  3. Yaa..jieun salah besar mengira kalo kikwang miskin yg hanya pekerja paruh waktu, hmm..ji eun pastj blm melihat kikwang turun dr mobil mewahnya..hmm spertinya belum..
    Yayaa..rin hyo gengsi ya bilang kalo dia cinta ama cho wkkk
    Diantara persahabatan mreka berlima ada yg terjalin cinta segitiga nih wkkk..
    Bravo, saeng..keep writing eoh dan juga hwaiting ^^

  4. Woahhh kikwang dijodohin sm ji eun? Aku setujuuuuuuuu hehehe
    Sbnrnya rin hyo cintanya sm kyu atau jong suk???
    Jd jong sukkk cinta sm rin hyoo??
    Yaaa cinta bertepuk sebelah tgn ya eon hehe
    Udalah jongsuk sm aku aja wkwk
    Ditunggu kelanjutannya ya eonni , keep fighting!! Hehe
    ohya smga hasil ujian eonni memuaskan ya hheehehe

  5. Jadi???hahahha…jadi ad period oban antara kikwang n ji eun???
    Wah..wah..semarah apa tu woo bin ntr..
    Ap kikwang dah tau sebelumnya kl mrka dijodohin,makanya dia pena saran ma ji eun???
    Trs rinhyo sudah pasti cintanya ma kyu kan??tp apa ntr dia goyah saat jong suk nyatakan cinta???…
    Ya ampun semakin semakin ga sabar nunggu next episode nya neh..

    Please..
    Please..

    Semoga next part lebih cpt tayang..
    Hahhaha..
    # wish..
    Thank yuuu thor..

  6. Uwaaa cinta segitiga antara kyu-hyo-jongsuk 😁 seruu nihh ..
    Perjodohan antara ji eun-kikwang , yeeaaii 😃 eh penasaran sebenarnya sama latar belakang keluarganya kikwang, perusahaan keluarganya bergerak di bidang apa ?
    Trus kayaknya kikwang pengennya hidup sederhana aja gitu ya, gak mau terlalu mempertontonkan kekayaan orangtuanya 😊

    Fighting ya saengi ^^

  7. setelah baca Ff ini jadi suka banget sama pasangan jieun & kikwang.FF nya menarik bgt. suka bgt sama karakter kikwang , menurutku dia itu tipe pria misterius.Oh ya sebenernta ri hyo tuh suka sama kyuhyun apa jongsuk ya .
    next thor ❤

  8. kok jong suk bisa tau kalo ji eun suka sama gikwang? sempat2 nya lg baca name tag.

    tetap ceritanya makin seru 😀
    gikwang sm ji eun ketemu??? pasti dijodohin nii ……. hihihi

Leave a reply to chy428 Cancel reply