Love Dust 6

1429306897248

Author: Bella Eka.

.

.

“Aku sangat mencintaimu. Tak peduli kau sekarang milik siapa dan bagaimana dirimu sekarang, aku masih sangat mencintaimu seperti dulu. Tak ada yang berubah sama sekali, malah semakin terasa sangat besar saat kita berpisah,” ujar Kikwang dengan kedua mata yang memandang Ji Eun lembut.

Debaran dada Ji Eun semakin terasa menguat ketika Kikwang mengeratkan genggaman tangannya. Namun wajahnya masih bertahan, begitu dingin dan datar.

“Menikahlah denganku, Shin Ji Eun.”

Mwo?!”  Sontak Shin Ji Eun melepas tautan tangan mereka seraya mengalihkan pandangan. Mengajukan lamaran pernikahan pada seorang gadis yang telah bertunangan? Pria ini benar-benar.

Senyuman patah Ji Eun terulas bersamaan ia mengembalikan tatapannya pada Kikwang. “Kau kehabisan lelucon? Menurutmu itu lucu?”

“Aku tidak sedang bercanda.”

Raut penuh keseriusan Kikwang membuat Ji Eun mendesah kasar. Ia ingin Kikwang tidak menyangkal bahwa semua itu hanyalah lelucon. Ia tidak ingin Kikwang mempersulit keadaan yang hanya akan membuat pria itu semakin terluka. “Kau bercanda,” yakinnya.

“Tidak.”

“Seharusnya itu adalah candaan.”

“Tapi tidak untukku.”

“Kumohon katakan jika ucapanmu sekadar candaan,” suara Ji Eun semakin melirih.

Tatapan Kikwang mematut Ji Eun hingga tanpa sadar gadis itu menahan napas. Berusaha menahan diri dari sorot mata memabukkan itu namun ia terlanjur tenggelam. Manik mata meneduhkan milik Lee Kikwang memang selalu mampu menahannya berlama-lama disana. Semakin lama, semakin dalam, semakin membuncah kekhawatiran akan kehilangan pria itu. Pria yang keberadaannya selalu ia butuhkan, pria yang selama ini menetap dalam bilik istimewa dalam hatinya. Tetapi sayang, pilihan untuk mereka kembali bersama telah tertutup pintu terlarang.

Kikwang membelai lembut puncak kepala Ji Eun. Menyelipkan anak-anak rambut gadis itu di sela jarinya. Wajah ayu yang selalu ia rindukan itu selalu sanggup mengikatnya untuk menatap penuh damba. “Kumohon kembalilah padaku. Aku sangat membutuhkanmu.”

Bibir Ji Eun terkatup rapat. Entah balasan apa yang mesti ia ucapkan. Jelas ia pun sangat membutuhkannya, namun dengan berkata jujur hanya akan memperbesar luka Kikwang pada akhirnya. “Aku tidak. Jadi hentikan,” dustanya sembari melepas tangan Kikwang yang kini menangkup pipi kanannya.

“Sampai kapan kau terus membohongi perasaanmu?”

“Jangan berlagak seolah kau tahu segalanya.”

“Lalu kenapa kau datang kesini sekarang? Menunggu selama empat jam di tengah hujan seperti tadi.”

“Aku hanya ingin tahu kau benar-benar memegang janjimu atau tidak. Aku penasaran jika kau memang mempermainkanku atau tidak.”

Kedua mata Kikwang melebar tak percaya. “Mempermainkanmu? Bagaimana bisa kau berkata aku mempermainkanmu?”

Ji Eun menghela napas singkat. Ingin segera mengakhiri pembicaraan ini. “Sudahlah. Yang penting sekarang kau sudah datang.”

“Ah, pasti karena kejadian yang membuat kesalah-pahaman diantara kita itu, ‘kan? Tapi sekarang kita sudah tahu kebenarannya. Dan aku tidak berniat sedikitpun mempermainkanmu. Jadi sekarang—“

“ Sudah cukup! Semua sudah terlambat Kikwang-ah!” tukas Ji Eun tak tahan. Penjelasan Lee Kikwang semakin membuatnya merasa bahwa kembali mencintai pria itu adalah keputusan yang benar.

Kepala Kikwang tertunduk lesu. Napasnya berulang kali berhembus penuh beban. “Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Sudah kukatakan aku sangat membutuhkanmu. Bagaimana bisa aku hidup tanpa bagian yang paling kubutuhkan? Beberapa tahun berpisah denganmu saja sudah terlalu sulit untukku. Dan sekarang kau berada disampingku, tapi tidak bisa benar-benar bersamaku. Apa yang harus kulakukan?”

Ji Eun menggigit bibir bawahnya dalam diam. Berusaha menahan agar tidak memeluk pria itu. Sifat kekanakan Kikwang mulai muncul. Lihat saja racauannya yang menyerupai seorang anak tengah merengek pada ibunya. “Dewasalah sedikit. Kau tidak pantas merajuk di usiamu saat ini.”

Wajah Kikwang terangkat menatap Ji Eun dengan tatapan sendu. “Semuanya belum terlambat. Kau hanya bertunangan, belum menikah.”

“Kau kira semudah itu membatalkan semuanya? Jalan pikiranmu belum cukup dewasa untuk memikirkan pernikahan.”

“Ya, mungkin kau benar. Karena pikiranku hanya selalu berputar mengenai dirimu. Dan bocah yang belum dewasa ini kehilangan tujuan utama dalam hidupnya. Kekuatan terbesar yang selama ini ia miliki telah terenggut orang lain. Bukankah semua bocah akan merebut kembali apa yang mereka miliki?”

“Apa bocah itu yakin bisa merebutnya kembali?” Suara Ji Eun terdengar bergetar. Ia mampu merasakan ketulusan amat besar dalam diri Lee Kikwang.

“Tentu. Bagaimanapun ia harus berhasil mendapatkannya kembali. Atau menjalani kehidupan hambar tanpa kebahagiaan sama sekali.”

Tubuh Ji Eun membatu. Lee Kikwang masih menjadikannya sebagai rotasi kehidupan selama ini. Sedangkan apa yang ia lakukan? Sibuk memikirkan dirinya sendiri dan menjalin hubungan dengan pria lain tanpa mengetahui kesulitan yang juga Kikwang rasakan. Benar-benar seorang egois yang bodoh.

“Kau tidak mau memelukku?” Kikwang melebarkan kedua tangannya memberi jalan untuk Ji Eun berhambur dalam pelukannya. Namun gadis itu tak bergeming meski bola matanya yang berair mulai bergetar. Senyuman manis Kikwang terulas bersamaan ia merengkuh Shin Ji Eun dalam pelukan hangatnya. Mengusap pelan punggung gadis itu. Perlahan ia merasakan Ji Eun membalas pelukannya semakin erat seiring isakan kecil terasa dalam dadanya.

Uljima,” tutur Kikwang lembut menghantarkan kedua tangan Ji Eun bertambah kuat mengikat tubuhnya. Jika sudah seperti ini, siapa yang sebenarnya belum dewasa?

“Ya! Apa napasmu tidak sesak di dalam sana? Kau mulai memelukku seperti koala. Seperti dulu, sebelum terjadi masa-masa sulit itu. Kau selalu berubah menjadi koala ketika film favoritmu memiliki akhir yang mengharukan. Kau ingat?”

“Maafkan aku,” gumam Ji Eun terdengar samar karena wajah gadis itu terbenam sepenuhnya dalam dekapan Kikwang.

“Aku akan membeli banyak film untukmu. Jadi tetaplah disampingku. Mengerti?”

***

Kyuhyun menaruh mangkuknya diatas meja, memposisikan tubuhnya miring menghadap Rin Hyo yang masih mempertahankan tatapan penuh tanyanya. “Apa salah jika aku makan ramyun bersama fans, huh?”

“Eo?” Rin Hyo berkedip cepat, menggigit bibir bagian bawahnya, bingung harus membalas ucapan Kyuhyun seperti apa lagi. Namun hal itu sangat berdampak besar bagi Kyuhyun yang sejak tadi memperhatikan bibir itu.

“Bukan begitu, Kyuhyun-ssi! Hanya saja, kupikir kau… terlalu berlebihan. Dan juga—“ ucapan Rin Hyo terhenti ketika tiba-tiba Kyuhyun mengecup bibirnya cepat. Tubuhnya menegang, menatap Kyuhyun dengan tatapan tercengang. “Kau— apa yang—“

Kyuhyun mengeraskan rahangnya, ia sendiri pun sebenarnya tidak tahu apa yang merasuki dirinya hingga berani melakukan hal itu. Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah, tertawa hambar kemudian berucap, “Kau terlalu banyak bicara, Rin Hyo-ssi.”

Segera Rin Hyo meletakkan segala perlengkapan makannya. Suasana yang terlalu canggung menghilangkan napsu makan yang ia miliki. “Aku selesai,” ujarnya seraya beranjak mengambil air mineral.

Sementara Kyuhyun bernapas panjang. Merutuki diri yang begitu ceroboh melakukan hal yang tak sepantasnya dilakukan. Pria itu menyentuh pelipisnya frustasi. Bagaimana caranya mengembalikan suasana setelah ini? Namun mendadak tubuhnya terdiam merasakan sesuatu bergejolak dalam dirinya. Degupan jantung terasa sangat kuat berdetak dalam dada. Perlahan tangan kanan Kyuhyun merambat menyentuh degupan itu. Sangat aneh, namun terasa memabukkan.

Rin Hyo pun sama. Dibalik meja utama dapur ia mencoba menetralkan perasaan dengan menekan kuat dadanya yang terasa berdentum hebat. Tidak seharusnya ia merasa berlebihan seperti ini. Kyuhyun hanya memperlakukan dirinya sebatas seorang penggemar. Tapi ciuman itu, apakah Kyuhyun memang terbiasa melakukan hal itu dengan penggemar lainnya?

Rin Hyo menggeleng cepat kemudian membawa dua gelas air mineral dan kembali mengambil tempat menghadap Kyuhyun. “Silahkan,” ucapnya menaruh segelas untuk Cho Kyuhyun dan lainnya ia teguk sendiri. Desahan lega terlontar setelah gadis itu menghabiskan air mineral di tangannya sekali tenggak. Lalu mengambil sehelai tisu guna mengusap bibirnya yang basah.

Cho Kyuhyun yang tak bergerak sama sekali mengundang Sam Rin Hyo menatapnya. Setelah mengumpulkan keberanian gadis itu memulai pembicaraan. “Tidak perlu secanggung itu, Kyuhyun-ssi.”

“Eo? Tidak, tidak seperti itu,” spontan Kyuhyun sembari menggaruk tengkuk. Kentara sekali bahwa ucapannya kontras dengan yang ia rasakan.

Rin Hyo tersenyum kikuk. “Maaf, aku hanya tidak tahu jika kau sedekat itu dengan penggemarmu. Jadi, mohon maklum jika aku terlalu terkejut tadi.”

Kyuhyun menatap Rin Hyo cepat bersama dahi berkerut. “Maksudmu?”

“Maksudku, aku belum pernah mendengar seorang Cho Kyuhyun menghabiskan waktu seperti memakan ramyun bersama seorang penggemar. Apalagi mencium penggemarnya yang terlalu banyak bicara. Mungkin karena aku tidak selalu datang di acara yang kau hadiri jadi terlalu banyak momen-momen yang tidak kuketahui bersama para penggemar,” papar Rin Hyo hati-hati.

Kedua mata Kyuhyun sontak melebar. Membuat Rin Hyo menggerak-gerakkan tangannya gusar agar Kyuhyun tidak salah paham akan perkataannya. “Tapi itu tidak berarti aku bukanlah ELF sejati. Aku hanya tidak punya banyak waktu untuk menghadiri acara-acaramu setiap saat. Tugasku juga banyak, kupikir kau tahu bagaimana sibuknya seorang mahasiswa.”

Kyuhyun terkekeh kecil. Bagaimana bisa Sam Rin Hyo memiliki pemikiran seperti itu. “Ya, aku tahu kau sangat sibuk. Dan aku mengerti penggemar kami juga memiliki kepentingan lain dan tidak selalu punya waktu untuk menghadiri acara kami. Tapi kupikir kau yang salah paham. Kau tidak salah, memang aku belum pernah melakukan hal yang kulakukan bersamamu sebelum ini. Biasanya penggemar sepertimu disebut lucky fans.”

Rin Hyo mengangguk mengerti. Namun ada sesuatu yang masih terasa janggal. “Tapi, bagaimanapun, bukankah sebuah ciuman terlalu berlebihan, Kyuhyun-ssi?”

Cklek

“Aku pulang.”

Gema suara Ji Eun yang baru datang melegakan napas Cho Kyuhyun. “Kurasa aku harus pergi sekarang. Terimakasih makanannya, Sam Rin Hyo-ssi,” ujar Kyuhyun cepat seraya bersiap mengenakan jaketnya.

“Oh, baiklah,” jawab Rin Hyo sekenanya. Tidak mengerti dengan sikap Kyuhyun yang tiba-tiba terburu-buru.

Cho Kyuhyun menunduk sejenak sebagai salam yang tentu saja dibalas oleh Rin Hyo. Berjalan menuju pintu utama namun pergerakannya terhadang Shin Ji Eun ketika sampai di ruang tengah. “Annyeong haseyo,” sapa Kyuhyun.

Sedetik Ji Eun memandang aneh Kyuhyun sebelum mengangguk singkat. Menatap pria itu dari puncak kepala hingga ujung kaki kemudian beralih menatap Rin Hyo di samping Kyuhyun. Senyuman miring Ji Eun tampak sekilas bersamaan ia menyambung langkah menuju anak tangga.

Sontak kedua mata Kyuhyun melebar kemudian menatap Rin Hyo, hendak menanyakan maksud sikap dingin Ji Eun yang ia dapat. Namun gadis itu terlebih dulu memusatkan perhatiannya pada Shin Ji Eun yang baru saja menyentuh pegangan anak tangga.

“Ji Eun-ah!” panggil Rin Hyo.

Ji Eun berhenti tanpa berbalik. “Mwo?”

“Kenapa kedua matamu sembap?”

“Aku lelah.” Jawaban yang jauh dari pertanyaan membuat Rin Hyo menghela napas. Tanpa meminta penjelasan lebih, Rin Hyo membiarkan Ji Eun berlalu menuju lantai dua. Ia mengerti bahwa sahabatnya tidak sedang baik-baik saja dan membutuhkan waktu sendiri. Bertahun-tahun bersama membuat mereka saling mengerti sisi dan kebiasaan baik buruk satu sama lain hingga tercipta hubungan tanpa konflik berkepanjangan diantara mereka.

“Apa dia memang seperti itu?”

Rin Hyo menggeleng menanggapi pertanyaan Kyuhyun. “Sepertinya terjadi sesuatu. Ji Eun memang seseorang yang dingin terutama pada orang asing tapi biasanya dia tidak separah ini. Suasana hatinya sedang tidak baik jadi sebaiknya kau mengerti. Jangan salah paham dengan senyumannya tadi, Ji Eun hanya terkejut melihatmu disini.”

“Berapa lama kalian berteman? Kau terlihat sangat mengenalnya.”

“Tentu saja. Semenjak masuk perguruan tinggi kami berteman. Mungkin sekitar dua tahun yang lalu tapi entahlah, rasanya seperti sudah lama sekali kami saling mengenal.”

“Kurasa kepribadian kalian hampir sama.”

“Nde?”

“Saat pertama kali melihatmu kukira kau adalah seseorang yang dingin dan kaku. Tapi ternyata kau sangat ma…” Kyuhyun sengaja tidak melanjutkan ucapannya. Tentu saja. Bagaimana jadinya jika ia benar-benar berkata bahwa Rin Hyo adalah gadis yang sangat manis? Tanpa sadar Kyuhyun meneguk ludah berat melihat tatapan Rin Hyo yang masih terpusat padanya. Gadis itu masih menunggu ucapan berikutnya hingga beberapa kali mengerjap polos. Cepat-cepat Kyuhyun mengganti topik mereka. “Astaga, aku harus segera pulang. Sampai jumpa, Rin Hyo-ssi.”

Lagi-lagi Rin Hyo hanya mampu mengangguk tanpa meminta sambungan ucapan lebih lalu mengantar Kyuhyun sampai pintu utama. Gadis itu bukanlah tipe yang selalu penasaran dan menginginkan penjelasan panjang.

“Hati-hati dalam perjalananmu, Kyuhyun-ssi,” pesan Rin Hyo sebelum Kyuhyun menghilang dibalik pintu. Seulas senyuman manis terbentuk dengan sendirinya setelah sosok Kyuhyun sempurna menghilang. Namun tak lama senyuman itu kembali meluntur. Bagaimana ia harus mengatasi perasaannya kali ini? Perlakuan Kyuhyun padanya semakin lama semakin tak dapat dimengerti. Tapi bagaimanapun, ia harus mengingat bahwa dirinya hanyalah seorang penggemar. Sama seperti ribuan penggemar lainnya.

Langkah kaki Rin Hyo tergerak berat. Ciuman mendadak Kyuhyun kembali memutari otaknya. Bagaimana bisa Kyuhyun melakukan itu sementara tidak ada hubungan istimewa apapun diantara mereka? Apakah dirinya dirasa mudah untuk pria itu? Memikirkan itu membuat Rin Hyo mendesah kasar. Walau secercah bahagia dirasa, namun harga diri menurun karenanya.

Ting Tong

 

Baru beberapa langkah Rin Hyo beranjak, dering bel apartemen berbunyi. Gadis itu kembali dengan dahi mengernyit. Sambil menyalakan layar intercom ia berkata, “Nuguseyo?”

“Ini aku. Kim Minseok.”

Mengingat keadaan Ji Eun yang sedang buruk, Rin Hyo tak langsung membukakan pintu untuk Minseok. Karena ia tahu persis bila Ji Eun tidak suka direcoki saat berusaha menghindari gangguan seperti ini. Seingatnya beberapa jam lalu Ji Eun berpamitan untuk pergi ke Sungai Han. Tapi kenapa Minseok menemuinya lagi sekarang?

“Rin Hyo-ah? Apa itu kau?”

“Ah, ya. Tunggu sebentar,” ujar Rin Hyo pada akhirnya ia meloloskan Minseok masuk. Karena tidak mungkin ia menahan pria itu di luar tanpa alasan. Terlebih Minseok adalah kekasih Ji Eun sendiri. Mungkin ia datang untuk menyelesaikan masalah yang menyebabkan kedua mata Ji Eun sembap tadi.

“Dimana Shin Ji Eun?” tanya Minseok sembari mengekori Rin Hyo lantas duduk di ruang tengah.

“Sepertinya sedang tidur. Bukankah kalian baru saja bertemu?”

“Bertemu? Berkali-kali aku mencoba menghubunginya tapi tiba-tiba nomornya tidak aktif. Karena itu aku kesini untuk bertemu dengannya.”

Dibalik wajah datar Sam Rin Hyo, gadis itu menyembunyikan keterkejutannya. Jika bukan Minseok yang pergi bersama Ji Eun tadi, lalu, tak salah lagi, pasti bersama Lee Kikwang. Jadi kedua mata sembap Ji Eun disebabkan oleh, Lee Kikwang?

“Tapi, apa Ji Eun baru saja menemui seseorang?”

“Tidak… bukan begitu,” sangkal Rin Hyo. “Aku akan memeriksa ke kamarnya sebentar,” lanjutnya sebelum Minseok mengajukan pertanyaan mengerikan yang akan sulit ia jawab.

Sam Rin Hyo bergerak cepat hingga ia sampai di depan pintu tertutup berwarna cokelat yang dipastikan adalah kamar Shin Ji Eun. Setelah mengetuk tiga kali, tak ada balasan yang terdengar. Perlahan ia membuka gagang pintu dan menemukan tubuh telungkup Shin Ji Eun yang masih mengenakan mantel jaket diatas tempat tidur.

“Ji Eun-ah? Apa kau benar-benar tidur?”

Ji Eun tak bergeming. Rin Hyo duduk disampingnya kemudian berkata, “Kim Minseok datang. Apa yang harus kulakukan?”

Shin Ji Eun tak menunjukkan pergerakan sedikitpun. Namun tiba-tiba keluar suara gadis itu. “Katakan sesuatu agar dia pulang.”

“Kau mau aku mengusirnya? Dia adalah kekasihmu, Ji Eun-ah. Setidaknya temui dia.”

“Jangan menggunakan kata-kata seperti itu. Kau membuatku seperti orang jahat saja.”

“Tapi kau memang jahat jika benar-benar mengusirnya.”

Dengan gerak kasar disertai desahan berat Ji Eun merubah posisi menjadi duduk menghadap Rin Hyo. “Aku sudah memberitahunya jika aku sedang lelah dan memintanya untuk tidak datang kesini.”

“Benarkah? Tapi Minseok bilang padaku jika nomormu tidak aktif.”

“Ya, karena dia terus memaksa jadi kumatikan ponselku. Aku lelah, Hyo. Tapi Minseok tidak mau mengerti. Aku juga tidak tahu mengapa aku jadi seperti ini,” tutur Ji Eun frustasi sembari mengacak rambutnya kesal. Entah helaan napas panjang keberapa yang terhembus oleh gadis itu.

“Apa yang terjadi?” tanya Rin Hyo dengan suara lembutnya yang ia harap dapat menenangkan Ji Eun.

“Lee Kikwang gila! Dia memang sudah benar-benar gila! Tapi aku juga terlalu bodoh. Bagaimana ini? Aku tidak tahu harus berbuat apa,” racau Ji Eun dengan kedua tangan menyanggah kepalanya yang semakin tertunduk.

“Memangnya ada apa? Hal gila apa yang dilakukan Lee Kikwang?”

Udara pendek tertiup kasar dari mulut Shin Ji Eun. Setelah terdiam sejenak, gadis itu mengangkat wajahnya yang terlihat amat frustasi menatap Rin Hyo tanpa semangat. “Menikahlah denganku, Shin Ji Eun.”

Ucapan Ji Eun sontak membulatkan mata Rin Hyo. “Jangan katakan—“

“Dia berkata seperti itu di hadapanku. Bukankah kau juga berpikiran jika dia gila?!” sambung Ji Eun.

“Lalu bagaimana reaksimu?”

“Aku… goyah. Maksudku… hatiku… sudah kukatakan aku terlalu bodoh. Perasaanku kembali. Aku tahu tidak seharusnya seperti ini tapi aku…” Ji Eun menggeram tertahan seraya memegangi kepalanya.

Sam Rin Hyo menghela napas singkat. Keadaan Ji Eun benar-benar kacau saat ini. Dengan tangan kosong Rin Hyo merapikan rambut Ji Eun sekenanya. “Bagaimanapun kau harus menemui Minseok sebentar lagi.”

“Kau serius? Bahkan aku tidak tahu bagaimana harus bersikap di depannya, Hyo.”

“Bersikaplah seperti biasa. Bukankah Minseok tidak bersalah dalam hal ini? Dan kurasa dia sangat merindukanmu,” ujar Rin Hyo sembari tersenyum manis mengundang tatapan enggan Ji Eun diiringi decakan gadis itu.

“Baiklah baiklah.” Shin Ji Eun mengambil napas dalam dan ia hembuskan perlahan seraya melepas mantelnya. Kemudian beranjak meninggalkan kamar tidur menuju lantai dasar.

Senyuman lebar Kim Minseok terkembang begitu mendapati Shin Ji Eun menuruni anak tangga. Berbeda dengannya, wajah Ji Eun tertekuk dan berulang kali menghela napas berat hingga ia mendaratkan tubuh disamping Minseok.

“Kau sakit?” tanya Minseok yang baru menyadari raut lemas Ji Eun. Belum sempat Ji Eun menjawab, perhatian Minseok teralih pada pakaian gadis itu yang sekarang tengah mengenakan celana panjang denim hitam dengan atasan biru muda. “Apa kau sedang bersiap pergi? Atau memang baru saja pulang dari suatu tempat?”

“Apa yang kau bicarakan?”

“Siapa yang baru kau temui?”

Ji Eun mengernyit. Menajamkan sorot matanya ketika Minseok semakin menatapnya penuh telisik. “Apa kau sedang menginterogasiku?”

“Apa dengan seseorang yang meneleponmu saat itu? Yang sampai membuatmu menjauhkan diri saat menerima telepon itu.”

“Kim Minseok! Apa yang sedang kau racaukan, hah?!” gertak Ji Eun kesal. Terlebih karena pandangan Minseok yang seolah meremehkannya. “Aku sedang tidak ingin berdebat. Sebenarnya ada apa kau kesini?”

“Aku ingin mengajakmu makan bersama. Karena sepertinya kau sudah tidak perlu waktu lagi untuk bersiap-siap, jadi kita berangkat sekarang juga.”

Napas Ji Eun terhembus pendek. Mulai mengetahui maksud ucapan Minseok saat ia menunduk memperhatikan pakaiannya yang sejak tadi diamati oleh pria itu. “Jadi kau sensitif karena pakaianku? Tch!”

***

Drrt drrt

 

Lee Kikwang merogoh ponsel dalam saku mantelnya. Pada layar ponsel tampak Cho Kyuhyun menghubunginya. Segera Kikwang menerima panggilan itu.

“Mwo?”

Kau dimana?

“Di depan kedai jjajangmyeon. Wae?”

Tunggu. Aku kesana sekarang.

“Kenapa tiba-tiba— YA!” pekik Kikwang karena mendadak Kyuhyun memutus hubungan telepon sepihak. “Aish!” desisnya sembari memasukkan ponsel ke dalam saku kembali.

“Tidak bisakah kau berhenti membahas hal itu?!”

Tatapan Kikwang sontak berpaling ke belakang. Telinganya sungguh peka terhadap suara gadis itu. Ya, siapa lagi jika bukan Shin Ji Eun.

Masker hitam menutupi wajah Kikwang membuat Ji Eun tidak mengenalinya. Gadis itu melewati Kikwang yang membatu begitu saja bersama seorang pria. Sempat Ji Eun memandang Kikwang sekilas dengan ekspresi tak terbaca sebelum benar-benar memasuki kedai.

“Apa pria itu tunangannya?” gumam Kikwang pelan kemudian menghela napas panjang. Ia memasuki kedai pula dan mengambil tempat yang tak jauh dari posisi Ji Eun duduk. Jarak mereka hanya terpaut satu meja kosong. Tempat yang tepat untuk mengawasi gerak-gerik Shin Ji Eun.

Seorang pegawai kedai menghampiri meja Ji Eun. Tak lama Kikwang pun sama. Yang membuat pandangannya pada Ji Eun terhalang oleh pegawai itu.

“Permisi. Apa yang ingin Anda pesan?”

“Dua porsi jjajangmyeon dan dua ice tea.”

“Baiklah. Dimohon tunggu sebentar.”

Kikwang mengembalikan tatapannya dan mendapati Ji Eun menatapnya balik. Wajah gadis itu masih juga datar. Entah ia mengenali Kikwang atau tidak. Air mukanya sama sekali tak terdeteksi.

Pria yang sedang bersama Ji Eun tampak terus berbicara pada gadis itu namun Ji Eun semakin terlihat enggan. Bola matanya berputar malas. Kikwang tahu gadis itu sedang di puncak kejengahan. Di samping tunangannya itu, apakah Ji Eun bahagia? Kikwang mencoba mengingat nama pria itu sejenak. Kalau tidak salah namanya adalah…

“Minseok-ah, kenapa kau terus mencurigaiku?”

Ya, Kikwang ingat sekarang. Seolah memiliki ikatan batin, Ji Eun mengucap nama yang Kikwang coba ingat. Kim Minseok, apakah dia benar-benar pria yang baik?

Pesanan jjajangmyeon datang begitupun Cho Kyuhyun. Dan langsung mendaratkan tubuh pada kursi di hadapan Lee Kikwang. “Kau sudah memesankan untukku?”

Kikwang hanya menggedikkan kepala pada hidangan dua porsi jjajangmyeon diatas meja sebagai tanggapan. Lalu perlahan membuka masker yang ia pakai dengan hati-hati.

“Sebenarnya aku sudah makan,” ucap Kyuhyun ringan sembari membuka maskernya pula.

“Lalu untuk apa kau kesini?”

“Aku hanya ingin menghibur diri. Aku merasa aneh akhir-akhir ini.”

Seperti biasa mereka menyantap jjajangmyeon dalam keadaan menunduk. Untuk menutupi identitas agar tidak mengganggu suasana di kedai ini. Tapi tetap saja, satu dua hingga beberapa pengunjung selalu ada yang menyadari keberadaan mereka. Tak jarang mereka harus melayani penggemar dengan memberi tanda tangan ataupun foto bersama.

 

Drrt drrt

 

Ponsel Kikwang bergetar. Disela kegiatan makannya ia memeriksa notifikasi bergambar pesan terpampang pada layar itu.

From: Shin Ji Eun

Apa kau nyaman makan dalam keadaan seperti itu? Kau bisa menelepon pesan antar saja, bodoh.

Sontak kepala Kikwang tertoleh cepat ke kiri dimana tempat Ji Eun berada. Gadis itu masih disana. Sedang menyantap semangkuk jjajangmyeon dengan lahap seolah tak ada yang terjadi. Shin Ji Eun memang benar-benar tidak bisa ditebak.

“Bukankah dia Shin Ji Eun?” Kyuhyun yang mengikuti arah pandang Kikwang menyadari sosok Ji Eun. “Apa pria itu tunangannya?”

“Kelihatannya begitu,” jawab Kikwang singkat lalu melanjutkan kegiatannya.

“Apa yang membuatmu begitu bergantung pada gadis kasar sepertinya?”

“Mwo?!” Kikwang hampir tersedak karena berbicara disaat makan. “Tahu apa kau tentang Shin Ji Eun?” bisiknya agar tak terdengar Ji Eun dan Minseok.

“Tadi aku pergi ke apartemen mereka dan sikapnya sangat dingin padaku. Bahkan dia tersenyum miring saat bertemu denganku. Tch! Untung saja Sam Rin Hyo memberi penjelasan padaku.

“YA! Kau tidak bisa menilai seseorang hanya dari luarnya saja!” cecar Kikwang tak terima. “Tapi untuk apa kau kesana?”

Kyuhyun terbungkam dan lebih memilih menyantap jjajangmyeon miliknya dengan cepat. Mengalihkan topik pembicaraan dengan mengatakan, “Cepat makanlah sebelum dingin.”

“Tck! Bilang saja kau ingin melarikan diri dari pertanyaanku.”

***

Dengan kepala tertunduk dan tatapan melekat pada sepasang sepatu yang ia kenakan, Sam Rin Hyo berjalan seorang diri. Jadwal kuliahnya selesai namun sebaliknya Shin Ji Eun memiliki jadwal sore. Jadi ia berniat menunggu gadis itu di kafe seberang kampus mereka karena pulang sendiri sama saja ia akan kesepian.

“YA! Sam Rin Hyo!”

Rin Hyo menghela napas mendengar suara yang ia hapal milik Oh Sehun. Kapan saatnya pria yang lebih muda darinya itu akan berhenti bersikap tidak sopan padanya? Langkah Rin Hyo berhenti saat sampai di ujung zebra cross. Dan tak lama Oh Sehun berdiri disampingnya.

“Kau juga menuju kafe?”

Eum,” gumam Rin Hyo. Gadis itu malas berkata lebih banyak.

Sehun memajukan kepalanya sedikit, mengintip wajah Rin Hyo yang sedari tadi murung. “Wajahmu kusut sekali.”

Rin Hyo membuang muka kearah berlawanan dari tempat Sehun. “Aku sedang tidak ingin bercanda!”

“Tapi aku ingin bercanda.”

“Lakukan saja dengan orang lain. Jangan menggangguku!”

“Baiklah aku akan mengganggumu.”

“YA!” pekik Rin Hyo kesal.

Sehun akan semakin gencar menggoda dengan melakukan apa yang Rin Hyo larang. Selalu seperti itu. Dan setelah mendapat bentakan Rin Hyo, pria itu akan terkekeh geli.

“Kenapa kau sendirian? Dimana Ji Eun noona?”

Tck! Kau selalu menyebutnya noona. Dia ada kuliah sore.”

“Ah, bagus kalau begitu. Aku bisa menghabiskan waktu bersamamu selagi menunggunya.” Sehun menyeringai senang membuat Rin Hyo memukulnya dengan map yang ia bawa. “Mimpi saja kau!”

“Untuk apa aku bermimpi? Kesempatan sudah berada di depan mata.”

Kedua ujung bibir Rin Hyo mengembang. Walau Sehun seringkali menjahilinya namun tetap saja dia adalah dongsaeng yang manis untuknya.

“Tersenyum! Assa! Aku berhasil membuatmu tersenyum!” sorak Sehun kegirangan hingga orang-orang disekitar mereka memandang heran. Menyadari itu Sehun seketika terdiam canggung. Namun kembali tersenyum kecil saat melihat senyuman Rin Hyo semakin melebar manis.

Lampu hijau bagi pejalan kaki akhirnya menyala. Orang-orang segera berbondong-bondong menyeberang. Begitu pula Rin Hyo dan Sehun. Tanpa sengaja Rin Hyo mengenali salah satu mobil yang sedang berhenti. Cho Kyuhyun, titik fokus Rin Hyo menangkap jelas pria itu yang sedang mengemudikannya bersama seorang gadis duduk disampingnya.

Semua terjadi begitu cepat, entah sejak kapan Kyuhyun dan gadis yang tak Rin Hyo kenali itu mulai berciuman. Yang ia tahu hanyalah gadis itu yang menyerang Kyuhyun lebih awal. Namun tetap saja Kyuhyun tak menolak ciuman itu. Kedua kaki Rin Hyo serasa membatu tak dapat digerakkan.

Napas Rin Hyo menderu kasar. Semakin merasa dirinya direndahkan oleh Cho Kyuhyun. Seolah dirinya adalah seorang gadis gampangan yang dapat ia perlakukan seenaknya. Saat ini Kyuhyun terlihat sangat menjijikkan di matanya. Tidak, dirinya sendiri yang sebenarnya lebih menjijikkan. Karena tidak mampu berbuat apa-apa ketika Kyuhyun melecehkannya sebagai seorang penggemar.

Tampaknya Kyuhyun menyadari keberadaan Rin Hyo. Sontak ia mendorong gadis yang menciumnya hingga tautan mereka terlepas. Kedua matanya melebar dan hampir saja ia bergerak keluar mobil untuk mengejar Sam Rin Hyo. Namun sayang sekali pria yang ia ingat bernama Oh Sehun menarik Rin Hyo agar segera menepi karena lampu bagi pengendara telah berubah hijau. Tentu saja ia pun harus melanjutkan perjalanannya.

Di tepi trotoar tubuh Rin Hyo melemas. Hingga gadis itu membutuhkan lengan Sehun sebagai penopang untuk berpegangan. Mendadak oksigen seolah memusuhinya yang membuat dadanya begitu sesak. Sangat sulit sekadar mengambil napas.

“Rin Hyo-ah, kau tidak apa-apa?”

Rin Hyo masih berusaha mengembalikan pernapasannya yang tersendat. “Tidak… tidak…” ucapnya susah payah.

Sehun menatap Rin Hyo sendu. Ia tahu apa yang baru saja terjadi. Dan ia mulai mengerti hubungan apa yang Rin Hyo dan Kyuhyun miliki. “Lebih baik kita masuk dulu. Tenangkan pikiranmu di dalam.” Perlahan Sehun menuntun Rin Hyo memasuki kafe dengan hati-hati.

***

Kyuhyun meneguk gelas wine dengan cepat. Terus menerus tanpa jeda. Membuat Kikwang yang duduk disampingnya terheran. “Kau minum banyak malam ini.”

Balasan Kyuhyun hanya sekadar senyuman tipis. Ia butuh pasokan minuman untuk menetralkan pikirannya. Semenjak kejadian tadi siang, saat ia tahu Rin Hyo memergokinya tengah berciuman. Seluruh isi otaknya seakan berkecamuk tanpa arah. Ia ingin segera menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu dan tidak ingin hubungan mereka merenggang karena hal itu. Namun Rin Hyo terus menolak panggilan dan tidak membalas pesannya.

“Kikwang-ah, sepertinya aku benar-benar menyukai penggemarku sendiri.”

“Sam Rin Hyo?” Kikwang yang sama sekali tak terkejut membuat senyuman Kyuhyun berubah miris. “Bahkan kau sudah mengetahuinya.”

“Tentu saja. Sejak awal aku sudah menduga jika kau akan berakhir seperti ini.”

“Ya, dan aku bodoh karena baru menyadarinya sekarang. Saat dia terlanjur menganggapku seperti orang yang menjijikkan,” racau Kyuhyun tak terkendali.

“Maksudmu? Kenapa Rin Hyo menganggapmu sebagai—“

“Kalian Cho Kyuhyun dan Lee Kikwang, bukan? Benar, ‘kan? Astaga aku tidak menyangka dapat bertemu kalian sekaligus!” Seorang gadis tak dikenal tiba-tiba bergabung dalam meja Kikwang dan Kyuhyun. Kedua pria itu pun hanya mampu tersenyum canggung dan menghindar saat tangan gadis itu mencoba menyentuh wajah serta menggenggam tangan mereka.

“Kalian sangat tampan! Aigoo, wajah kalian bagaikan malaikat. Perkenalkan, namaku Ahn Jung Ah.”

Kikwang dan Kyuhyun saling menatap saat gadis itu mengulurkan tangannya. Keberadaan gadis itu benar-benar mengganggu. Tiba-tiba seorang pria lain menyambar tangan gadis itu dengan sorot mata penuh emosi. Tubuh Kikwang berjengit mengenali sosok pria itu. Kim Minseok, apa hubungannya dengan gadis ini?

“Kau sudah punya kekasih tapi mengapa masih saja menggoda pria lain?! Apa aku masih belum cukup untukmu, hah?!”

“Bukan begitu, sayang. Aku hanya mencari teman karena kau lama sekali datang.”

Kedua mata Kikwang melebar tak percaya. Emosinya naik pesat ke puncak ubun-ubun. Disaat dirinya berusaha mati-matian agar mampu kembali bersama Ji Eun, Minseok malah dengan mudahnya mengkhianati gadis itu. Telapak tangan Kikwang siap terkepal dan segera ingin memukul kepala Minseok sampai remuk tak berbentuk. Kikwang bangkit berdiri, namun Kyuhyun menahan lengannya agar tidak ikut campur dalam masalah pasangan itu.

“Biarkan saja mereka dan fokus saja pada Shin Ji Eun. Kau tidak perlu repot-repot menghabiskan tenagamu. Lebih baik beritahu Ji Eun tentang kebusukan tunangannya sebelum gadis itu benar-benar menikah dengan pria berengsek seperti dia,” bisik Kyuhyun.

.

.

-To be Continued-

24 thoughts on “Love Dust 6

  1. Huwaaa ….. minseok jahat T_T padahal aku lebih suka kalau ji eun sama minseok. Kyuhyun babo! Aneh kau mencium rin hyo tapi kau tidak menyadari kau sebenernya mencintainya. ^^ lanjut authornim

  2. Omo..omo…omo… jadii??? Minseok.. alamaakkkkk.. udahh ji eun sm kikwang ajaa… 😀 kkkk~. Btw yg nyium kyu dimobil siapaa? Haduh bang … kdg2 ko lu jd bego gtu sih bang? Ckckkck.. sbg istri gw kcwa sm lu bang… #ditabokElfSparkkyu #wkwwkwkkk…
    Btw.. for bella n tzalsa fighting yaaaa^^

  3. Sumpah kaaaaaaak itu beneran si minseok yg mukanya innocent itu jd bad boyyy?? Ohmygod! Yaudadeh emang jieun cocoknya sama kikwang:3 wkwk
    Trus trus si Rinhyo disini polos banget ya -_- bisa2nya mikir kalo kyuhyun ngelakuin itu gr2 fanservice -_- dan akhirnyaa konflik buat kyu-hyo uda muncul:3

    Ditunggu next partnya kaak! Fighting! Saranghaeeee!!! Wkwk

  4. YA!!!Babo Kyu -_-
    knp kiss2an sii?kalo udh gt trus gmn?ulang2 aja kesalahanmu itu kyu!nyatain dong kamu suka sm RinHyo!!emes deh :v
    Fighting kikwang, bentar lagi bentar lagi*aamiin :v

  5. ah, ternyata minsok selingkuh tapi bagus deh jadinya kikwang bisa sama ji eun.

    tapi hubungan kyuhyun sama rinhyo jadi memburuk 😥

  6. haduh,jadi kebaikan minseok hnya kedok belaka, dibelakang dia mlah selingkuh.. Smoga ji eun cepat mengetahui hal ini.
    Siapa perempuan yg mencium kyu dimobil ya?

  7. Aigoo kyu ciuman sm siapa ? Pas bgt rin hyo lihat dia, ilfeel deh rin hyo.
    Minsoek trnyata punya kekasih lsin. Jhat bgt dia pdhl punya tunangan.
    Kikwang sambar si jieun

  8. dan ternyata……………..minseok nappeun!!!!! itu yg nyium kyuhyun di mobil siapa coba, masalah sdkit2 ada yg mulai terpecahkan. kyuhyun akhirnya menyadari perasaannya. dan kikwang punya kesempatan besar bwt dpetin jieun lg dg adanya perselingkuhan dri minseok. ooooo………makin panas. hahahaha……..

  9. Lucky fans? ucapannya simpel tp berasa bangettt.. keren keren… ji eun dilema tingkat dewa lhooo hahaaa 😀 sama gikwang ajaaa deh kalo masih sukaaa^^ udh dlu yaa aku mau baca part berikutnyaa.. lagi ngebut wkwk

Leave a reply to lilyasvika Cancel reply